pages

Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Sunday, 2 October 2016

Sejarah, kenapa bahasa Inggris menjadi bahasa Internasional

blog.bahaso.com

Kehidupan pada abad ke-21 ini akan terasa tidak lengkap  dan ketinggalan kalau tidak bisa berbahasa Inggris, pasalnya bahasa Inggris adalah bahasa yang telah mendunia atau juga sering disebut dengan sebutan bahasa internasional, tidak ada lagi bangsa dan negara serta suku tertentu yang ada didunia ini yang tidak mengenal bahasa Inggris,  walaupun masih banyak yang tidak bisa berbicara dalam bahasa Inggris, akan tetapi hampir semua negara di dunia ini mengenal yang namanya bahasa Inggris.

Pada era globalisasi ini semua orang dari berbagai negara berlomba-lomba untuk bisa berbicara dalam bahasa Inggris, akan tetapi taukah anda kenapa bahasa inggris dijadikan bahasa Internsional.

Kenapa Bahasa Inggris Menjadi Bahasa Internasional

Nah pada kesempatan kali ini, mari kita gali sejarahnya kenapa bahasa Inggris dijadikan bahasa Internasional, pasti ada sebab-sebabnya kenapa bahasa Inggris dijadikan baasa Internsional, diantaranya :

a.    Inggris merupakan  negara yang paling banyak  wilayah jajahannya diseluruh dunia. Oleh sebab itu bahasa inggris sangat familiar dan lebih banyak digunakan diberbagai Negara, terutama Negara jajahan Inggris. Oleh karena itu bahasa Inggris lebih cepat menyebar ke berbagai belahan dunia.

b.    Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa tertua yang ada di dunia dan berasal dari dataran Britania yaitu sekitar abad ke 8.

c.    Selain bahasa inggris merupakan bahasa tertua yang ada di dunia, bahasa inggris mempunyai perkembangan kosa-kata yang sangat pesat. Menurut tim riset gabungan peneliti Havard University dan Google mencatat penambahan kosa kata bahasa tertua di dunia itu mencapai 8.500 kata pertahun. Kini jumlah total telah mencapai 1.022.000 kata. itu merupakan jumlah kosakata yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan negara kita tercinta ini.

d.    Negara Inggris merupakan negara yang maju Hal itu terlihat dari inovasi dan penyebaran ilmu pengetahuan yang banyak dari Negara barat. Ilmuwan-ilmuwan, essay-essay, dan inovasi mengalami perkembangan yang  sangat cepat. 

e.    Bahasa Inggris merupakan bahasa yang memiliki tata bahasa yang lengkap dan rapi serta mudah untuk dipelajari.

Sebenarnya bahasa inggris juga mengalami perkembangan dan pembaharuan seiring berjalannya waktu sama halnya dengan bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini. Mulai dari abad ke-15, bahasa Inggris berubah menjadi bahasa Inggris Modern, yang seringkali ditarik bermula dengan Great Vowel Shift (“Pergeseran Bunyi Besar”).

Setelah itu bahasa Inggris mulai banyak mengambil kata-kata pungutan dari bahasa-bahasa asing, terutama bahasa Latin dan bahasa Yunani semenjak zaman Renaisans. Karena banyak kata-kata dipinjam dari bahasa yang berbeda-beda, dan ejaan bahasa Inggris bisa dikatakan tidak konsisten, maka risiko pelafazan salah kata-kata cukup tinggi. Namun sisa-sisa dari bentuk-bentuk yang lebih kuna masih ada pada beberapa dialek regional, terutama pada dialek-dialek di West Country.

Pada tahun 1755 Samuel Johnson menerbitkan kamus penting bahasa Inggris pertama, yang berjudul Dictionary of the English Language.



Sumber:

wikipedia.org
pascapbi.uad.ac.id
odebhora.wordpress.com




Monday, 5 September 2016

Sejarah dan kisah tentang kehidupan Ali bin Abi Thalib

Siapa yang tidak kenal dengan Ali bin Abi  Thalib, sosok yang dikagumi oleh banyak orang ini merupakan saudara sekaligus sahabat Rasulullah SAW. Beliau merupakan salah seorang sahabat  yang telah dijamin masuk surga, berdasarkan hadist berikut:

“Dari Abdurrahman bin ‘Auf, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Abu Bakr di syurga, Umar di syurga, Utsman di syurga, Ali di syurga, Thalhah di syurga, Az Zubair di syurga, Abdurrahman bin ‘Auf di syurga, Sa’d di syurga, Sa’id di syurga, dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah di syurga.” [HR At Tirmidzi (3747), hadits shahih.]

Ali adalah nama yang  diberikan langsung oleh Rasulullah yang sebelumnya beliau sempat dinamai oleh ibunya Asad dan Haidar sedangkan ayahnya juga pernah memberikan nama kepada Ali kecil yaitu Zaid, Sayyidina Ali lahir pada tanggal 13 Rajab, sekitar 610 M, yakni 23 tahun sebelum Hijrah. Sayyidina Ali sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW,  beliau merawat sepupu kecilnya ini dan menamainya Ali, serta mengatakan bahwa ini adalah nama yang ditetapkan Allah untuknya. Diantara sekian kunyah-nya (nama panggilan yang mengungkapkan rasa hormat), yang paling terkenal adalah Abul HasanAbus Sibtain dan Abu Turab. Gelar-gelarnya adalah Murtadha(yang terpilih), Amirul Mukminin (Pemimpin kaum Mukmin), Imamul Muttaqin (Imam orang-orang bertakwa).

Ibn Abil Hadid, pensyarah kitab Nahjul Balaghah mengutip perkataan Ibn Abbas. Kata Abbas, “Pernah aku bertanya kepada ayahku: ‘Ayah, sepupuku Muhammad memiliki banyak anak, yang semuanya meninggal ketika masih kecil, siapa diantara mereka yang paling dicintai?’ Ayahnya menjawab, “Ali bin Abi Thalib.” Aku berkata, “Ayah, yang aku tanyakan tentang anak-anaknya?” Dia menjawab, “Nabi Muhammad SAW mencintai Ali lebih dari mencintai seluruh putranya. Ketika Ali masih kecil, aku tak pernah melihat dia terpisah dari Muhammad barang setengah jam sekalipun, kecuali kalau Nabi SAW bepergian untuk beberapa urusan. Aku tidak pernah melihat seorang ayah mencintai anaknya sebesar Nabi SAW mencintai Ali dan aku tidak pernah melihat seorang anak sedemikian patuh, sedemikian lengket dan mencintai ayahnya seperti Ali mencintai Nabi SAW.”

Ali bin Abi Thalib mulai bertindak sebagai pengawal Nabi SAW bahkan ketika usia 14 tahun. Para pemuda Quraisy, atas anjuran orang tua mereka, sering melempari Nabi dengan batu. Ali memenuhi tugas sebagai pembela Nabi. Dia jatuhkan para pemuda itu, merobek hidung satu musuh, merontokkan gigi musuh lainnya serta membanting yang lainnya. Dia sering bertarung melawan orang-orang yang lebih tua darinya. Dia sendiri sering terluka, tapi dia tidak pernah meninggalkan tugas yang dia pilih sendiri. Selang beberapa hari, dia mendapat nama panggilan Qadhim (pembanting) dan tidak seorang pun berani melempar sesuatu kepada Nabi ketika Ali mendampinginya dan dia tidak akan pernah membiarkan Nabi pergi sendirian. Pengorbanannya pada malam menjelang hijrah dan perjungannya di seluruh medan tempur adalah bukti nyata kecintaannya yang amat mendalam kepada Nabi SAW.(lihat: buletinmitsal.wordpress.com. diakses 5 September 2016)

Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari nabi Muhammad SAW,  karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan nabi hal ini berkelanjutan hingga dia menjadi menantu nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan nabi khusus kepada dia tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.

Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing.
Didikan langsung dari nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.(lihat: Wikipedia.Org.Diakses 5 September 2016)

Ali Bin Abi Thalib atau lebih dikenal dengan sebutan Sayyidina Ali, beliau adalah sosok yang sangat bijaksana dalam melakukan tindakan apapun, hal ini dapat kita lihat ketika dalam peperangan, Talha ibn Abi Talha bukan hanya musuh sengit Islam, tapi juga musuh Nabi SAW dan Sayyidina Ali. Upayanya untuk mencelakakan kedua orang ini serta misinya sudah menjadi fakta historis.Dalam perang Uhud, dia adalah pengusung panji pasukan Quraisy. Ali menghadapi dia dan berduel dengannya, menyerang dia dengan pukulan telak hingga terhuyung-huyung dan jatuh tersungkur. Ali meninggalkannya dalam keadaan terjatuh. Banyak panglima Muslim memerintahkan agar Ali menghabisinya, dengan mengatakan bahwa dia adalah musuhnya yang paling jahat. Ali menjawab: “Musuh atau bukan musuh, sekarang dia tidak berdaya, dan aku tidak bisa menyerang seseorang yang tidak berdaya. Jika dia bisa bertahan biarkan saja dia hidup selagi masih berumur.” Dalam Perang Jamal, di tengah pertempuran budaknya Qambar membawa sedikit air dan berkata: Tuanku, matahari amat panas dan Anda masih terus akan bertempur, meminum segelas air dingin ini bisa menyegarkan Anda? Dia melihat sekitarnya dan menjawab: “Bisakah aku minum ketika beratus-ratus orang mati terkapar dan sekarat karena kehausan dan terluka parah? Daripada membawakan air untukku, bawa sedikit orang dan kasih minum setiap orang yang terluka ini.” Qambar menjawab: “Tuanku, mereka semuanya musuh kita.” Dia berkata:“Mungkin mereka musuh kita, tapi mereka manusia. Pergilah dan rawat mereka.”(Op Cit.)

Ali bin Abi Thalib mempunyai istri beberapa orang istri, Ali menikah lagi dengan istri yang lain  setelah wafat nya Fatimah az-Zahra.  Berikut nama-nama para istrinya.

  1. Fatimah az-Zahra
  2. Khawlah binti Ja'far al-Hanafiah
  3. Al-Sahba' binti Rabi'ah
  4. Umamah binti Zainab
  5. Ummu Banin fatimah binti Hizam bin Khalid
  6. Laila binti Mas'ud bin Khalid At-Tamim
  7. Asma' binti Umais
  8. Ummu Sa'id binti Urwah bin mas'ud
  9. Ash-Shahba' Ummu Habibah binti Zam'ah
  10. Mahyat binti Imru'u Al-qias bin Adi
Banyak keturunan Ali yang tewas terbunuh dalam Pertempuran Karbala. Keturunannya yang masih ada saat ini merupakan para keturunan dari Hasan dan Husain (anak Fatimah), Muhammad bin al-Hanafiyah (anak Haulah), Abbas (anak Ummul Banin), dan Umar (anak Sahba).

Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan Syi'ah. Keturunan Ali secara kesuluruhan dari para istrinya dikenal sebutan dengan Alawiyin atau Alawiyah.(Op Cit)

Sumber:
Wikipedia.org
buletinmitsal.wordpress.com.




Tuesday, 23 August 2016

Awal Mula Masuk Penjajah dalam Sejarah Kerajaan di Aceh

  
Perjuangan bangsa Aceh dalam mengusir penjajah adalah perjuangan yang sangat panjang dan melelahkan, akan tetapi semangat bangsa Aceh tidak akan pernah padam, Aceh sebagai daerah yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah telah membuat bangsa lain terus menerus berupaya untuk melakukan penjajahan terhadap wilayah Aceh.

Menjelang akhir abad ke XV arus penjajahan Barat ke Timur sangat derasnya, terutama penjajahan Barat-Kristen terhadap Timur-Islam.
Nafsu untuk mendapat rezki yang banyak dengan cara yang haram, telah mendorong orang-orang Eropa berlomba-lomba ke Dunia Timur, terutama sekali setelah Columbus menemui Benua Amerika dan Vasco da Gama menjejakkan kakinya di India.

Di antara bangsa Eropah-Kristen yang pada saat itu sangat haus tanah jajahan, yaitu Portugis, dimana setelah mereka dapat merampok Goa di India, maka mata penjajahannya diencerkan ke Malaka dan Kerajaan Islam-Kerajaan Islam yang berdiri di pantai utara Sumatera : Aru, Teumieng, Pase, Perlak, Pidie, Aceh dan Daya.

Untuk mencapai nafsu-jahatnya itu, dari Malaka yang telah dirampoknya, Portugis mengatur rencana perampokan tahab demi tahab. Langkah yang diambilnya, yaitu mengirim kakitangan ke daerah-daerah pesisir Utara Sumatera untuk menimbulkan kekacauan dan perpecahan dalam negeri yang akan dirampoknya itu, kalau mungkin menimbulkan perang saudara,

Seperti yang terjadi di Pase, sehingga ada pihak-pihak yang meminta bantuan kepada mereka, hal mana menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan intervensi. Menjelang akhir abad ke X V dan awal abad ke XVI, Portugis telah dapat melaksanakan nafsu penjajahannya kepada Raja-raja Am (Pulau Kampai), Pase, Pidie dan Daya.

 Dalam kerajaan-kerajaan tersebut mereka mendirikan kantor-kantor dagang dan menempatkan pasukan. Keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa itulah yang dilihat dengan mata-akalnya oleh Panglima Angkatan Perang Kerajaan Islam Aceh, Ali Mughaiyat Syah, pada waktu dia meminta agar ayahnya yang telah tua, Sulthan Alaiddin Syamsu Syah, meletakkan jabatan dan menyerahkan pimpinan negara kepadanya.

Setelah pada tanggal 12 Zulka'dah 916 H. (1511 M.) Ali Mughaiyat dilantik menjadi Sulthan Kerajaan Islam Aceh dengan gelar Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah, maka beliau terus menetapkan tekad untuk mengusir Portugis dari seluruh daratan pantai Sumatera Utara, sejak dari Daya sampai ke Pulau Kampai. Ali Mughaiyat berpendapat, bahwa untuk melaksanakan tekadnya itu akan sukar sekali, kalau tidak boleh dikatakan mustahil.

 Selama kerajaan-kerajaan yang kecil-kecil itu tetap berdiri sendiri, tidak menggabungkan diri ke dalam satu kerajaan besar yang kuat dan bersatu, mempunyai angkatan perang yang tangguh. Untuk maksud itulah, maka secepat dia diangkat menjadi Sulthan, secepat itu pula dia memproklamirkan berdirinya "Kerajaan Aceh Darussalam" yang daerah wilayahnya meliputi Aru sampai ke Pancu di Pantai Utara dan dari Daya sampai ke Barus di Pantai Barat, dengan Ibukota Negara Banda Aceh Darussalam.

Kekuatan Portugis dihancurkan.

Untuk merialisir proklamasinya itu, Ali Mughaiyat Syah mengambil langkah cepat dan tegas. Dikirimnya peringatan pasti. kepada raja-raja Daya, Pidie, Pase dan Aru agar mereka mengusir Portugis dari negerinya masing-masing dan kemudian bersatu menjadi satu kerajaan yang besar. 

Tetapi, peringatan Ali yang bertujuan baik itu bukan saja tidak diindahkan, bahkan mereka tambah memberi hati kepada Portugis, sehingga terpaksa baginda menempuh jalan kekerasan. Waktu niatnya hendak menyerang Daya disampaikan kepada ayahnya, Syamsu Syah, yang telah tua, dilarangnya berbuat demikian. Sungguhpun ada larangan ayah, namun Ali terus melanjutkan niatnya itu, karena kuku penjajahan Portugis semakin kuat menancap di Daya.

 Penyeranganpun dimulai dan dalam waktu yang relative singkat, kekuatan Portugis di Daya dihancurlumatkan, sehingga Raja Daya bersama majikannya, tentera pendudukan Portugis, lari ke Pidie, dimana dikejar terus oleh Ali Mughaiyat sampai ke Pidie dan disanapun tentera Portugis diremuk-redamkan dengan mengalami kerugian yang amat besar. Dari Pidie, Portugis bersama Raja Daya dan Raja Pidie melarikan diri ke Pase, yang dikejar tanpa ampun oleh Ali Mughaiyat Syah. Di Pase juga angkatan perang Portugis mengalami kehancuran yang sefatal-Catalnya, dimana sebahagian besar serdadu-serdadunya terpaksa berkubur konyol di Teluk Samudra/Pase.

Setelah selesai pengusiran Portugis dari seluruh daratan Aceh, dengan membawa kemenangan yang gilang-gemilang Sulthan Alaiddin Mughaiyat Syah kembali ke Ibu kota Negara, Banda Aceh Darussalam, dan mengangkat adiknya, Laksamana Raja Ibrahim, menjadi Raja Muda untuk Wilayah Timur Kerajaan, yaitu Pase dan Aru. Dalam suatu pertempuran antara Armada Aceh dengan Armada Portugis di Teluk Aru, Laksamana Raja Ibrahim gugur syahid pada tanggal 21 Muharram 930 H. (30 November 1524 M.). Laksamana Ibrahim digantikan oleh Laksamana Malik Uzair (Putera Sulthan Salatin Meureuhom Daya, ipar Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah sendiri), yang juga syahid pada bulan Jumadil Awa l931 H. (1526 M.) dalam. suatu pertempuran yang lain. Dalam pertempuran-pertempuran di berbagai medan dapat dicatat, bahwa Armada Portugis benar-benar telah dihancurlumatkan dan sekian banyak perwira tingginya yang mati konyol, seperti Laksamana Jorge de Berito yang mati konyol dalam pertempuran bulan Mei 1521 M. (927 H.), Laksamana Simon de Souza yang mati dalam pertempuran tahun 1528 M. (934 H.).dan lain-lain.

Setelah syahid Laksamana Malik Uzair, Sulthan mengangkat putera bungsunya, Malik Abdulkahhar, menjadi Amirul Harb (Panglima Perang Besar) untuk Kawasan Timur merangkap Raja Muda di Aru.

Alam Zulfiqar

Setelah selesai membersihkan negara dari anasir penjajah dari luar dan pengacau dari dalam, dan setelah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi Kerajaan Aceh Darussalam, dan setelah menciptakan bendera kerajaan yang bernama "Alam Zulfiqar" (Bendera Cap Pedang) yang berwarna merah-darah dengan bulan sabit dan bintang serta pedang putih yang membelintang di atasnya; maka setelah itu semua Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah berpulang ke rahmatullah pada hari Selasa tanggal 12 Zulhijjah 936 H. (7 Agustus 1530 M.). Dalam perjalanan sejarahnya, Kerajaan Kerajaan Aceh Darussalam pernah mengalami zaman-zaman naik menanjak ke mercu kebesaran, dan adakalanya mengalami masa-masa muram menuju lembah kemunduran.

Masa-masa semenjak Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah sampai kepada masa Ratu Tajul Alam Safiatuddin, adalah zaman gemilang yang terus menanjak, sementara zaman-zaman setelah itu, semenjak pemerintahan Ratu Nurul Alam Naqiatuddin sampai kepada masa Sulthan Alaiddin Muhammad Daud Syah, adalah masa suram yang terus menurun.

Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah, Abdulkahhar (Al Kahhar), Iskandar Muda dan Saflatuddin adalah mutiara-mutiara utama dalam matarantai Raja-raja Aceh.

Kerajaan Aceh Darussalam yang telah mengambil Islam menjadi dasar Negaranya, telah sanggup membangun tamaddun dan kebudayaan yang tinggj di kawasan Kepulauan Nusantara, terutama di Sumatera dan Malaya.

Semenjak Ali Mughaiyat Syah sampai Muhammad Daud Syah, jumlah para Sulthan Kerajaan Aceh Darussalam, semuanya31 orang. Sebelum itu, Kerajaan Islam Perlak mempunyai 19 orang Sulthan, Kerajaan Islam Samudra/Pase mempunyai 9 orang Sulthan dan Kerajaan Islam Darussalam mempunyai 11 orang Sulthan, dimana Sulthan terakhirnya yaitu Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah (putera Sulthan Alaiddin Syamsu Syah), pembangun Kerajaan Aceh Darussalam dan menjadi Sulthannya yang pertama.

Sumber:
A. Hasjmy, 59 TAHUN Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, cetekan I,  Bintang Bulan, Jakarta, 1977