pages

Wednesday 12 October 2016

Sejarah Perkemabangan Ilmu Pertanian di Dunia


Kemajuan dibidang Pertanian tidak terlepas dari perkembangan kehidupan manusia, manusia dan pertanian memang tidak bisa dipisahkan, karna kebutuhan akan makanan telah membuat manusia terus-menerus untuk bertani dan bercocok tanam serta harus memperoleh hasil dari pertanian yang diupayakan.

Seiring perkembangan zaman, serta kemajuan peradaban manusia juga telah ikut serta membawa pengaruh besar terhadap sektor pertanian, bidang pertanian ini merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia karna untuk bisa bertahan hidup perlu makanan yang harus terpenuhi setiap harinya, oleh karena itu, bidang pertanian ini merupakan faktor penting untuk terus di  kembangkan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin komplek serta berkelanjutan.

Sejarah Singkat Pertanian

Pertanian selalu mengiringi perkembangan manusia, kalau kita menulusuri tentang sejarah pertanian dan pembudidayaan tumbuhan  maka sama halnya dengan kita menulusuri tentang sejarah manusia itu sendiri.

Namun hal yang tidak bisa dinafikan bahwa perkembangannya yang panjang telah membuat bidang pertanian semakin maju dan modern dalam hal pengolahan dan pembudidayaannya.

Berabagai tiori dan hipotesis-hipotesis  telah mengemuka bagaimana mausia berpindah dari kebiasaan berburu ke budaya bercocok tanam.

Fase- Fase Perkembangan Pertanian

Pertanian Kuno (Purba) :

a.    mengambil hasil pertanian tanpa menanam

b.    menanam di lahan sempit secara sederhana

c.    pertanian ladang berpindah (shifting cultivation)

d.    berpindah tempat baru jika hasil tanaman sudah turun

e.    kembali ke tempat semula setelah 7-10 putaran

f.     teknologi masih sederhana

g.    hasil untuk keluarga (subsisten)


Pertanian Tradisional :

a.    pertanian dengan sistem menetap

b.    pengolahan tanah dengan tenaga manusia/hewan.

c.    bibit menggunakan jenis lokal.

d.    pemupukan dengan pupuk organik.

e.    pengairan sistem tadah hujan.

f.     pengendalian hama penyakit secara manual.

g.    Umur tanaman lama (± 6 bulan)

h.    Bibit lokal rentan serangan hama/penyakit

Pertanian Modern (Revolusi Hijau) :


b.    bibit unggul hasil persilangan buatan.

c.    penggunaan pupuk an organik (buatan pabrik)

d.    tanah sawah kekurangan bahan organik.

e.    pencemaran tanah, air dan udara.

f.     pengairan sistem irigasi.

g.    pengendalian hama/ penyakit secara rutin pakai pestisida buatan.

h.    penggunaan hormon tumbuh.

i.      ledakan hama sekunder.

j.      polusi pestisida ke tanah dan air

Pertanian Sehat (Sustainable Agriculture):

a.    menggunakan prinsip-prinsip ekologis.

b.    penurunan penggunan pupuk buatan dan memberikan pupuk organik.

c.    penggunaan pestisida organik.

d.    pengendalian HPT secara terpadu (IPM)

Hipotesis dan Teori

Hipotesis Oasis

Pada tahun 1908 Raphael Pumpelly mengemukakan Hipotesis Oasis yang kemudian di populerkan oleh Vere Gordon Childe yang merangkum Hipotesis tersebut ke dalam buku Man Makes Himself. Hipotesis ini menyatakan bahwa ketika iklim menjadi lebih kering, kelompok populasi manusia mengerucut ke oasis dan sumber air lainnya bersama dengan hewan lainnya. Domestikasi hewan berlangsung bersamaan dengan penanaman benih tanaman.

Hipotesis Lereng Berbukit (Hilly Flanks)

Pada tahun 1948 Robert Braidwood mengemukakan Hipotesis Lereng Berbukit (hilly Flanks) yang memperkirakan bahwa pertanian dimulai di Lereng Berbukit pengunungan Taurus dan Zagros, yang berkembang dari aktivitas pengumpulan biji-bijian dikawasan tersebut.

Hipotesis Perjamuan

Brian Hayden mengemukakan Hipotesis Perjamuan yang memperkirakan bahwa pertanian digerakkan oleh keinginan untuk berkuasa dan dibutuhkan sebuah perjamuan besar untuk menarik perhatian dan rasa hormat dari komunitas. Hal ini membutuhkan sejumlah besar makanan.

Teori Demografik

Pada tahun 1952 Carl Sauer mengusulkan Teori Demografik, kemudian diadaptasikan oleh Lewis Binford dan Kent Flannery. Mereka menjelaskan bahwa peningkatan populasi akan semakin mendekati kapasitas penyediaan oleh lingkungan sehingga akan membutuhkan makanan lebih banyak dari yang bisa dikumpulkan. Berbagai faktor sosial dan ekonomi juga mendorong keinginan untuk mendapatkan makanan lebih banyak.

 Hipotesis Evolusioner

David Rindos mengusulkan Hipotesis Evolusioner yang mengatakan bahwa pertanian merupakan adaptasi evolusi bersama antara tumbuhan dan manusia. Diawali dengan perlindungan terhadap spesies liar, manusia lalu menginovasikan praktik budi daya berdasarkan lokasi sehingga domestikasi terjadi.

Perkembangan Pertanian

Para ahli prasejarah saat ini telah sepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah “bulan sabit yang subur” di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang.

Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin).

Menurut Nikolai Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah:

a.    Gandum, jelai (barley)

b.    Buncis (pea)

c.    Kacang Arab (chickphea), dan

d.    Flax (Linum Usitatissimum).

Jenis tumbuh-tumbuhan tersebut di tanam sesuai dengan iklim dan suhu daerah tersebut, tidak mungkin suatu daerah bisa ditami semua tanaman.

Di daerah lain yang berjauahan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain sesuai keadaan topografi dan Iklim, di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam pengertian umum sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di  daerah Sahel, Afrika 5000 SM.

Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai membudidayakanjagung, labu, kentang, dan bunga matahari.

Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Indonesia, cenderung mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan.

Migrasi masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke wilayah kepulauan Indonesia membawa serta teknologi budi daya padi sawah serta perladangan.



Sumber:
scribd.com
Wikipedia.org



No comments :

Post a Comment