pages

Wednesday 31 August 2016

Sejarah Penaklukan Konstatinopel dan Kejayaan Islam Pada Masa Muhammad Al-Fatih

sumber: wikipedia.org
Siapa yang tidak kenal dengan kota Konstantinopel atau juga dikenal dengan nama Byzantium, kota ini didirikan sekitar tahun 671-662 SM  oleh Kaisar Romawi Konstantinus I. Konstantinopel merupakan  kota yang paling besar dan termakmur serta  termasyur di zaman nya, banyak sekali kerajaan dari berbagai bangsa kala itu yang mencoba menguasai kota tersebut, pada tahun 1204 M, berhasil direbut oleh tentara Latin Perang Salib Keempat ,namun berhasil dipulihkan  pada tahun 1261 oleh Kaisar Bizantium Michael VIII Palaiologos, ketika itu Konstantinopel bertambah kokoh dan nyaris tak tertandingi lagi kekuatannya sampai lahirlah Sultan sang Penakluk dari Kesultanan Utsmaniyah yang berhasil menguasai Konstantinopel.

Sultan Sang Penakluk Konstatinopel adalah Sultan Mehmed II atau yang lebih populer dengan nama Muhammad Al-fatih,  Al-fatih yang berarti “Sang Penakluk”  mempunyai kepakaran dibidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Beliau merupakan Sultan yang ke-7 dari  Kesultanan Utsmaniyah.

Muhammad Al-Fatih lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne,Ibu Kota pemerintahan  Utsmaniyah. Ia merupakan anak dari Sultan Murad II (1404-51) dan Valide Sultan huma Hatun. Sultan Murad II. Beliau mendapatkan pendidikan yang sangat bagus dimasa nya, Banyak guru yang mendidiknya, namun yang paling dekat dengannya adalah Syaikh Aaq Syamsuddin.

Penguasaan konstatinopel memang telah dikabarkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW  pada masa perang khandaq. Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Pada saat MuhammadAl-fatih berusia 11 tahun, sebelum ditetapkan sebagai Sultan  ia dikirim ke kota Amasya untuk belajar dan mencari pengalaman sebagaimana kebisaan-kebiasaan dalam Kekhalifahan Utsmaniyah kala itu sebelum menjadi Sultan, ketika ia genap berumur 12 tahun ia diangkat menjadi Sultan untuk menggantikan ayahnya yang telah mengundurkan diri.

Kepakaran Muhammad Al-fatih dibidang ketentaraan dan disiplin Ilmu lainnya memang telah menjadi bekal ketika ia menjadi Sultan, penaklukan konstatinopel memang telah menjadi agenda utama Muhammad Al-fatih semenjak ia diangkat menjadi Sultan, sebelum beliau diangkat menjadi Sultan, beliau telah terlebih dahulu meninjau dan mengkaji usaha-usaha yang pernah dilakukan oleh para pemimpin Islam sebelumnya termasuk usaha ayahnya Sultan Murad II dan Sultan sebelumnya untuk menaklukan  kota Byzantium atau Konstatinopel. Karna telah banyak usaha dan upaya yang dilakukan oleh pemimpin Islam sebelumnya dari masa ke masa untuk menaklukan kota termasyur di dunia tersebut, namun selalu berujung gagal. Adapun usaha yang pernah dilancarkan untuk menakluk kota Konstatinopel diantara nya adalah pada zaman sebagai berikut:

§  zaman Mu’awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ‘Anhu, ini merupakan usaha pertama yang dilancarkan pada tahun 44 H.  Akan tetapi, usaha itu gagal.
§  zaman Khilafah Umayyah. di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan.
§  zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.

Usaha demi usaha terus dilakukan oleh pemimpin Islam untuk menaklukkan kota Konstantinopel kala itu, namun titik terangnya bermula awal kurun ke-8 Hijriyah. Daulah Utsmaniyah bekerja sama dengan Seljuk. Hal tersebut membuat harapan baru terhadap barisan umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sulthan Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinopel secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Usaha selanjutnya diteruskan oleh Sultan Murad II, usaha yang dilancarkan oleh Sultan Murad II hampir berhasil untuk menaklukkan Konstantinopel namun gagal seketika,karena adanya pengkhianatan di pihak Sultan Murad II kala itu,  hal tersebut disebabkan karena kaisar Byzantium (konstantinopel) manabur  fitnah yang membuat melemahnya barisan pejuang  kala itu.

Penaklukan Konstatinopel berhasil dilakukan oleh Muhammad Al-fatih melalui proses dan strategi yang sangat matang, perjuangan penaklukan Konstatinopel tidaklah mudah seperti yang dibayangkan, akan tetapi butuh pengorbanan dan waktu yang tidak sedikit untuk menguasai kota yang telah berdiri salama 11 abad itu, penyerangan kota Konstatinopel berlangsung  dari 06/04/1453 M, sampai pada akhirnya  penaklukan konstatinopel berhasil dilakukan pada tanggal,  29/05/1453 M.

Keberhasilan sang Sultan tidak terlepas dari ketinggian pribadinya dan kesungguhan serta  semangat juang para tentaranya, keberhasilan sang Sultan dalam menakluk Konstatinopel telah membuat banyak kalangan kagum pada nya, karna keberhasilan sang Sultan itu diluar dugaan dan sesuatu hal yang mustahil dilakukan, bahkan banyak kalangan menilai strategi dan taktik yang dibuat oleh Sultan melampaui masanya kala itu.

walaupun penaklukan Konstatinopel suatu hal yang mustahil dilakukan, namun takdir dan fakta berkata lain, akhir nya Konstatinopel berhasil ditakluk. Sultan Muhammad Al-fatih mengganti nama ”Konstatinopel”  menjadi ” Islambol” yang mempunyai makna “Islam keseluruhan nya” kemudian Mustafa Kemal Ataturk mengganti Islambol menjadi Istanbul.

Sumber:

https://id.wikipedia.org/wiki/Mehmed_II

Sunday 28 August 2016

Kejayaan Masa Pemerintahan Soeharto

sumber: Https://id.wikipedia.org

Seorang Jendral  yang menjadi Presiden terlama dalam sejarah negara Indonesia adalah Soeharto, Presiden kedua Indonesia ini bernama  lengkap Muhammad Soeharto lahir  pada tanggal 8 Juni 1921 di Bantul, Yogyakarta. Soeharto adalah anak ke tiga dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah.

Di dunia internasional sang Jenderal lebih populer dengan sebutan “The Smiling General”(sang Jendral yang tersenyum). Awal kepemimpinan Soeharto ditandai dengan adanya konsep Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama adalah sebutan bagi kepemimpinan Presiden Soekarno sedang  Orde Baru adalah sebutan untuk masa kepemimpinan dirinya.

Di bidang keluar negerian Soeharto sangat berseberangan dengan Soekarno. Jika diera Soekarno Indonesia keluar dari PBB karena Soekarno menganggap PBB hanya alat negara adidaya untuk lebih menjajah negara lemah maka di era Soeharto justru Indonesia masuk lagi menjadi anggota PBB. Selain itu Soekarno dikenal sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa sehingga Soekarno tidak mau jika ada negara lain yang menyumbang Indonesia tapi ujung-ujungnya malah mendikte pemerintah Indonesia namun berbeda dengan Soeharto. Diera Soeharto Indonesia justru meminjam dana dari IMF dan dari negara maju lainnya sehingga ada istilah negara donor.

Program Rezim Soeharto diarahkan lebih ke ekonomi yaitu bagaimana menyelamatkan inflasi yang sangat tinggi. Langkah yang diambil Soeharto adalah dengan meminjam dana dari luar negeri dan dari IMF. Selain itu Soeharto juga menarik investor asing. Dari langkah ini inflasi yang begitu tinggi berhasil dikendalikan dan stabilitas ekonomi akhirnya tercapai.

Setelah stabilitas keamanan dan ekonomi tercapai program Soeharto selanjutnya adalah melakukan pembangunan nasional yang dirancang melalui pembangunan jangka pendek yang berkisar lima tahun dan pembangunan jangka panjang yang berkisar 25 sampai 30 tahun.

Di bidang pangan Soeharto terbukti sukses mengantar Indonesia untuk ber swasembada pangan. Dari negara yang selalu mengimpor beras menjadi negara yang bisa mencukupi kebutuhan pangannya sendiri atau dikenal dengan istilah swasembada pangan. Selain itu Soeharto juga sukses dalam program Keluarga Berencana atau KB dimana dalam satu keluarga disarankan hanya memiliki dua anak saja.(lihat: http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.co.id/)

Roma, Italia, 14 November 1985. Musim dingin yang membekap Kota Roma ketika itu turut menggigit tubuh setiap peserta Konfrensi ke-23 Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Tidak kurang dari 165 negara anggota mengirimkan wakilnya ke perhelatan yang membetot perhatian mata dunia terhadap Indonesia kala itu. Presiden Soeharto yang sukses mengantarkan Indonesia dari pengimpor beras terbesar di dunia menjadi swasembada didapuk maju ke podium untuk memberikan pidatonya. Dia menyerahkan bantuan satu juta ton padi kering (gabah) dari para petani untuk diberikan kepada rakyat Afrika yang mengalami kelaparan.

“Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia,” kata Presiden Soeharto dalam pidatonya. Karena itu, FAO mengganjar keberhasilan itu dengan penghargaan khusus berbentuk medali emas pada 21 Juli 1986. Prestasi Soeharto di bidang pertanian memang fantastik atau dahsyat. Indonesia mengecap swasembada besar mulai 1984. Produksi besar pada tahun itu mencapai 25,8 juta ton. Padahal, data 1969 beras yang dihasilkan Indonesia hanya 12,2 juta ton. Hasil itu memaksa Indonesia mengimpor beras minimal 2 juta ton.

Sebab itu, pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil Presiden diserahkan kepada Sudharmono. Sekali lagi, mata dunia tertuju lagi kepada seorang Soeharto. Karena sukses dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana, Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York pada 8 Juni 1989. “Kenaikan produksi pangan tidak banyak berarti jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali,” tandas Soeharto.

Dia dianugerahi UN Population Award, penghargaan tertinggi PBB di bidang kependudukan. Penghargaan itu disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB, Javier de Cueller di Markas Besar PBB, New York bertepatan dengan ulang tahun Soeharto yang ke-68 pada 8 Juni 1989. Soeharto makin dilirik ketika berhasil menegakkan harkat bangsa Indonesia di latar ekonomi Asia. Di ASEAN, dia dianggap berjasa ikut mengembangkan organisasi regional ini sehingga diperhitungkan di dunia. “Tanpa kebaikan dan kehadiran Soeharto, kami akan menghabiskan banyak jatah produk domestic bruto di bidang pertahanan,” ujar Perdana Menteri Australia Paul Keating ketika itu. Paul Keating menyebut Soeharto sebagai “ayah”.(lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto)

Selain seorang Jendral berbintang empat, Soeharto juga populer dengan sebutan bapak  Pembangunan, pembangunan  memang menjadi proyek yang mewarnai hari-hari pemerintahan Soeharto. Nama kabinetnya adalah Kabinet Pembangunan, hingga 7 generasi dan Soeharto dinyatakan lengser. Ia juga mendapatkan gelar Bapak Pembangunan meski hal ini juga sempat menuai kontroversi.
Konsep Trilogi Pembangunan yang diusung Soeharto memang membawa bangsa ini pada kejayaan berkali-kali. Di bawah Soeharto, Indonesia inflasi bisa ditekan dari dari 650% hingga menjadi 12% saja. Pembangunan waduk-waduk dan banyak proyek besar bisa terlaksana. Intinya, pembangunan besar dan kecil pada masa-masa itu terasa lebih nyata.(lihat: http://efekgila.com/7-kelebihan-soeharto-presiden-enak-zamanku/)
Awal 1980, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dari tahun 1971 hingga 1981, tingkat pertumbuhan tahunan Produksi Domestik Bruto (PDB) berkisar di angka 7,7% dan tidak pernah berada di bawah angka 5%. Hal ini tidak bisa lepas dari kondisi pendapatan minyak, yang tetap tinggi hingga tahun 1982, terutama dipicu dengan perang Irak-Iran 1979. Bahkan pada tahun 1981, Indonesia adalah penghasil gas alam cair terbanyak di dunia. Kalau pada tahun 1974 tingkat inflasi tahunan mencapai 41%, pada tahun-tahun selanjutnya dalam decade tersebut tingkat inflasi hanya berkisar antara 10 sampai 20%.
Terlepas dari sisi gelap nya masa pemerintahan Soeharto tapi harus diakui juga sisi kejayaan pada masa jabatan nya sebagai Presiden,  Pada masa Orde Baru antara tahun 1975-1990 merupakan, bisa disebut dengan masa keemasan Presiden Soeharto. Kemajuan-kemajuan segnifikan dari bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi patut di apresiasi. Serta Program Keluarga Berencana yang merupakan program tersukses pada waktu itu. Investasi besar-besaran pun ditanam. Sehingga menghasilkan swasembada beras dan bahan pangan lainnya. Kalaupun dibandingkan dengan zaman colonial Belanda dan Orde Lama, rezim sukses memperbaiki, mengekploitasi dan mengembangkan Indonesia.(lihat: http://pipadangkal.blogspot.co.id/)


Sejarah Perjuangan Hasan Tiro Sang Proklamator Gerakan Aceh Merdeka

Hasan Tiro adalah seorang tokoh yang sangat dikagumi oleh rakyat Aceh, Hasan Tiro dikenal sebagai tokoh pendiri Gerakan Aceh Merdeka, organisasi yang di dirikan pada 4 Desember 1976 itu. Tidak terlepas dari peran serta dan dukungan Teungku Daud Beureueh beserta para mantan tokoh Republik Islam Aceh terdahulu.(lihat: Mutiara Fahmi Razali, PERGOLAKAN ACEH DALAM PERSPEKTIF SYARIAT,  hlm. 45)

Laki-laki yang yang dijuluki sebagai Wali Nanggroe ini  bernama lengkap Hasan Muhammad di Tiro, lahir di Tiro, Pidie,Aceh.  pada tanggal 25 September 1925, ia lahir dari pasangan teungku Muhammad Hasan dan Pocut Fatimah.

Pada tahun 1945 Hasan Tiro kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, kemudian ia melanjutkan kuliah pada Fakultas Hukum, Universitas Columbia, sambil kuliah bekerja pada pada Dinas penerangan Delegasi Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Dia memperoleh gelar Doktor di bidang Hukum Internasional dari Columbia University.

Di masa-masa itu pula Hasan Tiro pernah bekerja di KBRI dan membangun jaringan bisnis di bidang Petrokimia, Pengapalan, Penerbangan, dan manufaktur hingga ke Eropa dan Afrika. Hasan Tiro juga menjelaskan hal ini dalam bukunya The Price of Freedom, pada tahun  1973, dia diangkat oleh Raja Feisal dari Arab Saudi sebagai penasehat agung Muktamar Islam se-Dunia.(lihat: www.atjehcyber.net)

Tanggal  4 Desember memiliki makna simbolis dan Historis bagi Hasan Tiro dan keluarganya. Sebab pada hari itulah d ikebumikan Teungku Ma’at Tiro, sepupu ibunya yang sehari sebelumnya 3 Desember 1991 gugur dalam perjuangan melawan Belanda di Tangse. Tgk. Ma’at Tiro sendiri – menurut versi Hasan Tiro, adalah penguasa terakhir Kesultanan Aceh, dimana sebelumnya pada tahun 1885, Teungku Chik Ditiro Mauhammad Saman yang memperoleh gelar al-Mukarram, Maulana al-Mudabbir al-Malik Teungku Ditiro, diangkat oleh Teungku panglima Polem Muda Perkasa menjadi pimpinan perlawanan massa terhadap Belanda. Maka, sejak saat itu kekuasaan negara (Kesultanan Aceh) otomatis beralih kepada keturunannya.(Op.Cit.hlm.51-52) 

Pada tahun 1958, Hasan Tiro menulis buku penting di New York berjudul Demokrasi untuk Indonesia. Dia mengusulkan negara federal untuk Indonesia, melawan konsep negara persatuan versi Soekarno. Dia mengkritik pedas sistem negara kesatuan, yang menguntungkan etnis besar jawa, dan cuma mendukung apa yang disebutnya “demokrasi primitive” . baginya, Indonesia terlalu luas untuk diatur secara sentralistik dari Jakarta.

Hasan Tiro lalu melompat ke ide yang lebih radikal, dia menggeser pemikirannya ke nasionalisme Aceh. Pada 1965, pamfletnnya “Masa Depan Politik Dunia Melayu” menolak ide Republik Indonesia. Kata Hasan Tiro, Indonesia tak lain dari proyek “Kolonialisme Jawa”, dan warisan tak sah perang kolonial Belanda. Dengan kata lain, dia menyangkal penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia pada 1949. Baginya, hak merdeka harus dikembalikan kepada bangsa-bangsa seperti Aceh atau Sunda, yang sudah berdaulat sebelum Indonesia Lahir.

Sejak itu dia menjelajahi sejarah, menulis sekian pamflet tentang nasionalisme Aceh. Pada karyanya yang lain, “Atjeh bak Mata Donja”(Aceh di Mata Dunia) ditulis dalam bahasa Aceh pada 1968, dia menguraikan problem absennya kesadaran historis dan politis rakyat Aceh setelah Perang Belanda. Dia mulai merekontruksi sejarah Aceh dan menegasi segala upaya integrasi dengan Republik.
Hasan Tiro mengkaji lima editorial The New York Times sepanjang April-Juli 1873, fase pertama perang Aceh melawan Belanda. Dia menggali kembali patriotisme Aceh. Harian kondang itu mengakui kapasitas kesultanan Aceh saat berperang melawan Belanda. Perang menentukan ini, kata Hasan Tiro, hanya mungkin dikobarkan karena semua pahlawan Aceh tahu ”bagaimana mati” sebagaimana manusia terhormat.

Ada dua dokumen penting yang dia dapat di Markas PBB yang membulatkan tekadnya untuk memisahkan Aceh dari Indonesia. Dokumen itu berupa Resolusi PBB tentang Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri (Right to Self Determination). Dokumen lainnya, berupa resolusi bahwa negara kolonial tidak boleh menyerahkan anak jajahannya kepada negara lain.
Ia menilai, Perang Belanda terhadap Aceh tidak menyebabkan Aceh takluk dan dikuasai sepenuhnya oleh Belanda. Selain itu, Belanda tak berdasar menyerahkan Aceh–melalui Konferensi Meja Bundar 1949–kepada Indonesia (Jawa), mengingat Belanda tak berkuasa penuh atas Aceh, malah lari meninggalkan Aceh, setelah tentara Jepang diundang ulama masuk Aceh
Ditambah alasan-alasan sejarah, etnosentris, dan penguasaan ekonomi oleh Jakarta atas Aceh, membuat Hasan Tiro punya banyak alasan menyambung perjuangan kakek buyutnya, Tgk Chik Di Tiro, untuk mempertahankan kedaulatan Aceh. Ia mengimajinasikan sebuah negara/kerajaan sambungan (succesor state). Untuk itu, Aceh harus mandiri dari Indonesia.(lihat: http://news-deva.blogspot.co.id/)
Itulah cerita singkat tentang perjuangan Hasan Muhammad Ditiro yang berakhir dengan perdamaian antara organisasi (GAM) yang didirikannya dengan Pemerintah Indonesia, tepat pada Kamis, 3 Juni 2010 sekitar pukul 12.12 Wib, tokoh kharismatik Aceh Tengku Muhammad Di Tiro berpulang ke pangkuan illahi di RS Zainal Abidin.


Wednesday 24 August 2016

Sejarah Islam di Aceh



Islam dan Aceh memang  tidak bisa dipisahkan Menurut B.J. Boland  bahwa seorang Aceh adalah seorang Islam, sejarah telah membuktikan bahwa kerajaan Islam pertama di Nusantara bahkan di Asia Tenggara berada di Aceh yaitu Kerajaan  Islam yang berada di Perlak, Aceh Timur, yang berdiri pada abad ke-9 Masehi.

Namun seiring berjalannya waktu dari penemuan-penemuan  naskah kuno dan bukti-bukti  lain nya yang terkait dengan keberadaan Islam di Aceh terus berkembang, hal ini sangatlah wajar  terjadi karena waktu yang sudah lampau sangat susah untuk diteliti dan butuh proses yang panjang untuk mendapatkan keakuratannya.

Seperti  yang dikutip dari Serambi Indonesia 26 Oktober 2015. “Dalam buku yang berjudul “Awal Masuknya Islam ke Aceh, Analisis Arkeologi dan Sumbangannya pada Nusantara” ternyata Islam pertama kali berkembang di kampung Pande, Banda Aceh. Buku ini ditulis Arkeolog Dr  Husaini Ibrahim MA. Dalam intisari buku yang dibedah di lantai tiga Aula FKIP Unsyiah Banda Aceh, Senin (26/10/2015) Arkeolog menganalisis nisan-nisan kuno yang ada di tiga lokasi itu. Ternyata nisan di kampung Pande berusia lebih tua disbanding nisan yang di Perlak dan Samudra Pasai”(lihat, http://aceh .tribunnews.com/2015)
   
Hal ini tidak menutup kemungkinan kedepannya akan mendapat informasi-informasi  terbaru tentang awal mula keberadaan Islam di Aceh, akan tetapi kita selalu berpegang pada data-data dan informasi yang sudah ada dan bukti-bukti yang akurat lainnya.

A. Hasjmy menyebutkan dari keterengan Ilyas Ismail (Imam Masjid Besar Manila, asal Aceh) dalam suaratnya kepada beliau, Islam sudah masuk ke Aceh dalam masa Khalifah Usman bin Affan, yaitu dalam abad pertama Hijriah, keterangan Ilyas Ismail adalah berdasarkan catatan seorang pedagang Arab dalam sebuah naskah tua di Manila (abad 7/8 Masehi).

Islam mulai masuk  ke Aceh pada abad ke-7 dan pada abad ke-9  tersebar luas kesuluruh wilayah Aceh, hal ini dapat dilihat dari mulai berdirinya kerajaan Islam di Aceh seperti di Perlak. Ajaran Islam  yang  dibawa oleh pedagang  Arab  telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan bangsa Aceh kala itu. Islam telah mengajarkan nilai-nilai yang baik kepada pemeluknya oleh karena itu bangsa Aceh dengan mudah masuk Islam kala itu.

Pedagang Arab dapat dikatakan telah berhasil menyebarkan Ajaran islam, perdagangan dan dakwah mereka telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap perubahan bangsa Aceh, berawal dari Aceh kemudian Islam tersebar luas ke seluruh pelosok Nusantara, hal ini dapat kita lihat dari banyak nya penduduk Muslim yang berada di Nusantara sampai sekarang dan  bahkan penduduk Islam terbesar di dunia.

Pesat nya kemajuan Islam di Nusantara tidak terlepas dari ajaran-ajarannya, Islam sebagai agama yang “rahmatan lil’alamin” sudah terbukti sejak  zaman Rasulullah SAW sampai sekarang, Islam datang bukan dengan perpecahan tapi dengan kedamaian, Islam datang bukan dengan pemaksaan tapi dengan kelembutan, Islam datang membawa kebaikan bukan kehancuran, Islam tidak mengenal penjajahan dan tidak merebut kekuasaan sebagaimana dipraktekkan oleh negara penjajah dikala itu.

Tapi apa yang terjadi pada Bangsa Aceh sekarang, kemaksiatan ada dimana-mana, perjudian, pemerkosaan, pembunuhan, perzinaan, perampokan dan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Islam kerap  terjadi di Aceh bahkan telah menjadi pemberitaan sehari-sehari.

Kita bangsa Aceh tidak boleh melupakan bahwa Bangsa Aceh pernah berjaya dan menjadi bangsa yang diperhitungkan di level Internasional.


Tuesday 23 August 2016

Awal Mula Masuk Penjajah dalam Sejarah Kerajaan di Aceh

  
Perjuangan bangsa Aceh dalam mengusir penjajah adalah perjuangan yang sangat panjang dan melelahkan, akan tetapi semangat bangsa Aceh tidak akan pernah padam, Aceh sebagai daerah yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah telah membuat bangsa lain terus menerus berupaya untuk melakukan penjajahan terhadap wilayah Aceh.

Menjelang akhir abad ke XV arus penjajahan Barat ke Timur sangat derasnya, terutama penjajahan Barat-Kristen terhadap Timur-Islam.
Nafsu untuk mendapat rezki yang banyak dengan cara yang haram, telah mendorong orang-orang Eropa berlomba-lomba ke Dunia Timur, terutama sekali setelah Columbus menemui Benua Amerika dan Vasco da Gama menjejakkan kakinya di India.

Di antara bangsa Eropah-Kristen yang pada saat itu sangat haus tanah jajahan, yaitu Portugis, dimana setelah mereka dapat merampok Goa di India, maka mata penjajahannya diencerkan ke Malaka dan Kerajaan Islam-Kerajaan Islam yang berdiri di pantai utara Sumatera : Aru, Teumieng, Pase, Perlak, Pidie, Aceh dan Daya.

Untuk mencapai nafsu-jahatnya itu, dari Malaka yang telah dirampoknya, Portugis mengatur rencana perampokan tahab demi tahab. Langkah yang diambilnya, yaitu mengirim kakitangan ke daerah-daerah pesisir Utara Sumatera untuk menimbulkan kekacauan dan perpecahan dalam negeri yang akan dirampoknya itu, kalau mungkin menimbulkan perang saudara,

Seperti yang terjadi di Pase, sehingga ada pihak-pihak yang meminta bantuan kepada mereka, hal mana menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan intervensi. Menjelang akhir abad ke X V dan awal abad ke XVI, Portugis telah dapat melaksanakan nafsu penjajahannya kepada Raja-raja Am (Pulau Kampai), Pase, Pidie dan Daya.

 Dalam kerajaan-kerajaan tersebut mereka mendirikan kantor-kantor dagang dan menempatkan pasukan. Keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa itulah yang dilihat dengan mata-akalnya oleh Panglima Angkatan Perang Kerajaan Islam Aceh, Ali Mughaiyat Syah, pada waktu dia meminta agar ayahnya yang telah tua, Sulthan Alaiddin Syamsu Syah, meletakkan jabatan dan menyerahkan pimpinan negara kepadanya.

Setelah pada tanggal 12 Zulka'dah 916 H. (1511 M.) Ali Mughaiyat dilantik menjadi Sulthan Kerajaan Islam Aceh dengan gelar Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah, maka beliau terus menetapkan tekad untuk mengusir Portugis dari seluruh daratan pantai Sumatera Utara, sejak dari Daya sampai ke Pulau Kampai. Ali Mughaiyat berpendapat, bahwa untuk melaksanakan tekadnya itu akan sukar sekali, kalau tidak boleh dikatakan mustahil.

 Selama kerajaan-kerajaan yang kecil-kecil itu tetap berdiri sendiri, tidak menggabungkan diri ke dalam satu kerajaan besar yang kuat dan bersatu, mempunyai angkatan perang yang tangguh. Untuk maksud itulah, maka secepat dia diangkat menjadi Sulthan, secepat itu pula dia memproklamirkan berdirinya "Kerajaan Aceh Darussalam" yang daerah wilayahnya meliputi Aru sampai ke Pancu di Pantai Utara dan dari Daya sampai ke Barus di Pantai Barat, dengan Ibukota Negara Banda Aceh Darussalam.

Kekuatan Portugis dihancurkan.

Untuk merialisir proklamasinya itu, Ali Mughaiyat Syah mengambil langkah cepat dan tegas. Dikirimnya peringatan pasti. kepada raja-raja Daya, Pidie, Pase dan Aru agar mereka mengusir Portugis dari negerinya masing-masing dan kemudian bersatu menjadi satu kerajaan yang besar. 

Tetapi, peringatan Ali yang bertujuan baik itu bukan saja tidak diindahkan, bahkan mereka tambah memberi hati kepada Portugis, sehingga terpaksa baginda menempuh jalan kekerasan. Waktu niatnya hendak menyerang Daya disampaikan kepada ayahnya, Syamsu Syah, yang telah tua, dilarangnya berbuat demikian. Sungguhpun ada larangan ayah, namun Ali terus melanjutkan niatnya itu, karena kuku penjajahan Portugis semakin kuat menancap di Daya.

 Penyeranganpun dimulai dan dalam waktu yang relative singkat, kekuatan Portugis di Daya dihancurlumatkan, sehingga Raja Daya bersama majikannya, tentera pendudukan Portugis, lari ke Pidie, dimana dikejar terus oleh Ali Mughaiyat sampai ke Pidie dan disanapun tentera Portugis diremuk-redamkan dengan mengalami kerugian yang amat besar. Dari Pidie, Portugis bersama Raja Daya dan Raja Pidie melarikan diri ke Pase, yang dikejar tanpa ampun oleh Ali Mughaiyat Syah. Di Pase juga angkatan perang Portugis mengalami kehancuran yang sefatal-Catalnya, dimana sebahagian besar serdadu-serdadunya terpaksa berkubur konyol di Teluk Samudra/Pase.

Setelah selesai pengusiran Portugis dari seluruh daratan Aceh, dengan membawa kemenangan yang gilang-gemilang Sulthan Alaiddin Mughaiyat Syah kembali ke Ibu kota Negara, Banda Aceh Darussalam, dan mengangkat adiknya, Laksamana Raja Ibrahim, menjadi Raja Muda untuk Wilayah Timur Kerajaan, yaitu Pase dan Aru. Dalam suatu pertempuran antara Armada Aceh dengan Armada Portugis di Teluk Aru, Laksamana Raja Ibrahim gugur syahid pada tanggal 21 Muharram 930 H. (30 November 1524 M.). Laksamana Ibrahim digantikan oleh Laksamana Malik Uzair (Putera Sulthan Salatin Meureuhom Daya, ipar Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah sendiri), yang juga syahid pada bulan Jumadil Awa l931 H. (1526 M.) dalam. suatu pertempuran yang lain. Dalam pertempuran-pertempuran di berbagai medan dapat dicatat, bahwa Armada Portugis benar-benar telah dihancurlumatkan dan sekian banyak perwira tingginya yang mati konyol, seperti Laksamana Jorge de Berito yang mati konyol dalam pertempuran bulan Mei 1521 M. (927 H.), Laksamana Simon de Souza yang mati dalam pertempuran tahun 1528 M. (934 H.).dan lain-lain.

Setelah syahid Laksamana Malik Uzair, Sulthan mengangkat putera bungsunya, Malik Abdulkahhar, menjadi Amirul Harb (Panglima Perang Besar) untuk Kawasan Timur merangkap Raja Muda di Aru.

Alam Zulfiqar

Setelah selesai membersihkan negara dari anasir penjajah dari luar dan pengacau dari dalam, dan setelah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi Kerajaan Aceh Darussalam, dan setelah menciptakan bendera kerajaan yang bernama "Alam Zulfiqar" (Bendera Cap Pedang) yang berwarna merah-darah dengan bulan sabit dan bintang serta pedang putih yang membelintang di atasnya; maka setelah itu semua Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah berpulang ke rahmatullah pada hari Selasa tanggal 12 Zulhijjah 936 H. (7 Agustus 1530 M.). Dalam perjalanan sejarahnya, Kerajaan Kerajaan Aceh Darussalam pernah mengalami zaman-zaman naik menanjak ke mercu kebesaran, dan adakalanya mengalami masa-masa muram menuju lembah kemunduran.

Masa-masa semenjak Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah sampai kepada masa Ratu Tajul Alam Safiatuddin, adalah zaman gemilang yang terus menanjak, sementara zaman-zaman setelah itu, semenjak pemerintahan Ratu Nurul Alam Naqiatuddin sampai kepada masa Sulthan Alaiddin Muhammad Daud Syah, adalah masa suram yang terus menurun.

Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah, Abdulkahhar (Al Kahhar), Iskandar Muda dan Saflatuddin adalah mutiara-mutiara utama dalam matarantai Raja-raja Aceh.

Kerajaan Aceh Darussalam yang telah mengambil Islam menjadi dasar Negaranya, telah sanggup membangun tamaddun dan kebudayaan yang tinggj di kawasan Kepulauan Nusantara, terutama di Sumatera dan Malaya.

Semenjak Ali Mughaiyat Syah sampai Muhammad Daud Syah, jumlah para Sulthan Kerajaan Aceh Darussalam, semuanya31 orang. Sebelum itu, Kerajaan Islam Perlak mempunyai 19 orang Sulthan, Kerajaan Islam Samudra/Pase mempunyai 9 orang Sulthan dan Kerajaan Islam Darussalam mempunyai 11 orang Sulthan, dimana Sulthan terakhirnya yaitu Sulthan Alaiddin Ali Mughaiyat Syah (putera Sulthan Alaiddin Syamsu Syah), pembangun Kerajaan Aceh Darussalam dan menjadi Sulthannya yang pertama.

Sumber:
A. Hasjmy, 59 TAHUN Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, cetekan I,  Bintang Bulan, Jakarta, 1977




Saturday 20 August 2016

Sejarah Perjuangan Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien adalah salah satu pahlawan wanita yang sangat ditakuti oleh penjajah Belanda, beliau lahir di Lampadang, Aceh, tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia yang merupakan golongan bangsawan Aceh, keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minang Kabau yang  juga merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta, ia adalah seorang perwakilan kesultanan Aceh pada pada masa pemerintahan Iskandar Muda di Pariaman,  ibunya adalah putri uleebalang Lampagar , Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita yang berasal dari Aceh, ia dikenal sebagai perempuan yang sangat tangguh dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Pada masa hidupnya ia memiliki dua orang suami , suami pertamanya adalah Teuku Ibrahim Lamnga putra dari uleebalang Lam Nga, mereka menikah pada tahun 1862 ketika itu Cut Nyak Dien masih berumur 12 tahun, dari pernikahan  tersebut mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, suaminya juga merupakan seorang pejuang yang sangat tangguh dalam melawan penjajah Belanda, ia gugur dalam pertempuran melawan Belanda di Gle Tarum pada tahun 29 Juni 1878, setelah suaminya gugur, ia bertekad untuk meneruskan perjuangan suaminya.

Sepeninggal suaminya peperangan demi peperangan  terus dilalui oleh Cut Nyak Dien dengan pasukannya, sampai akhirnya ia menikah lagi dengan seorang pejuang yang tidak kalah tangguhnya dalam melawan penjajah Belanda yaitu Teuku Umar, pada tahun 1980.
Dari pernikahan kedua  pejuang tersebut membuat semangat baru bagi rakyat Aceh dalam meningkatkan perlawanan terhadap penjajah Belanda, dari penikahan tersebut mereka dikaruniai seorang putri perempuan yang dinamai Cut Gambang.

Teuku Umar dikenal dengan pejuang yang banyak Taktik dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, Teuku Umar pernah melakukan pergerekan dengan mendekati Belanda sehingga hubungannya dengan Belanda sangat akrab, pihak Belanda sangat senang kepada Teuku Umar, karena pejuang yang sangat  berbahaya ini mau membantu mereka, pihak Belanda berpikir Teuku Umar sungguh-sungguh kerja sama dengan mereka sampai-sampai mereka memberikan gelar Teuku Umar Johan pahlawan serta memberikan kekuasaan penuh kepada Teuku Umar dan menjadikannya komandan Unit pasukan Belanda.

Pada saat itu Belanda tidak tau strategi yang sedang dibangun oleh Teuku Umar bahkan sebagian pejuang dari Acehpun  menganggap Teuku Umar sebagai pengkhianat karena telah melakukan kerja sama dengan Belanda.

Sebenarnya pada saat itu Teuku Umar hanya ingin mempelajari taktik Belanda, dan mengatakan ingin menyerang basis Aceh, setelah Teuku Umar mempelajari taktik Belanda, ia pergi bersama Cut Nyak Dien dan pasukannya dengan  perlengkapan berat  dan senjata milik Belanda dan tidak pernah kembali kepada pihak Belanda.

Ketika itu Belanda marah besar kepada Teuku Umar karena mereka menganggap  Teuku Umar telah berkhianat kepada mereka , kemarahan tersebut membuat Belanda melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar baik dalam keadaan hidup maupun mati.

Perlawanan dari pihak Acehpun semangkin meningkat karena telah dilengkapi dengan perlengkapan dan senjata yang diambil dari Belanda, pada saat itu Belanda berada dalam kekacaun karena banyaknya pasukan mereka yang terbunuh dan mereka  terus menerus mengganti Jendral,  memuncaknya perlawanan dari pihak Aceh karena sudah banyaknya perlengkapan sejata.

Walaupun demikian pihak Belanda tidak kehilangan akal, tekanan dari  pihak Aceh tidak membuat Belanda menyerah begitu saja, pada saat itu Belanda memanfaatkan orang  Aceh dengan bayaran tertentu untuk memata-matai  rencana Teuku Umar dan pasukannya, dari rencana Belanda tersebut akhirnya membawa hasil,  pada tanggal 11 Februari 1899 berhasil disergap oleh pihak Belanda dan Teuku Umar gugur di medan perang.

Hal tersebut tidak membuat Cut Nyak Dien patah semangat, Cut Nyak Dien terus memimpin perlawanan melawan Belanda , peperangan melawan Belanda terus dilalui oleh Cut Nyak Dien dengan  pasukanya sampai pada titik terakhir pada tahun 1901 karena pasukan Cut Nyak Dien terus berkurang dan Cut Nyak Dien pun sudah semakin tua dan matanya mulai rabun serta sulit memperoleh makanan karena mereka terus diburu oleh pasukan Belanda, walaupun demikian cut nyak dien tidak pernah mengenal kata menyerah.

Akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap oleh Belanda di Beutong Lhee Sagoe, sebelum ditangkap oleh Belanda Cut Nyak Dien dan pasukannya juga sempat melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda, keberadaannya tersebut diketahui  oleh Belanda karena  anak buahnya bernama Pang Laot melaporkan markas meraka kepada pihak Belanda karena merasa iba dengan kondisi Cut Nyak Dien.
Putri Cut Nyak Dien yang bernama Cut Gambang berhasil melarikan diri dari gempuran pasukan Belanda. 

kemudian Cut Nyak Dien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat disana, setelah itu pihak Belanda membawa Cut Nyak Dien dan tahanan politik lainnya ke Sumedang,  Jawa Barat. Pihak Belanda menganggap keberadaannya di  Aceh sangat berbahaya  Karena Cut Nyak Dien terus mengobarkan semangat perjuangan kepada pejuang yang belum berhasil ditangkap untuk melawan penjajahan Belanda.

Cut Nyak Dien meninggal pada tanggal 6 November 1908,  karena usianya yang sudah sangat tua, pencarian makam Cut Nyak Dien berdasarkan data yang ditemukan di Belanda , makamnya berhasil ditemukan pada tahun  1959. Belanda mengingkari janji karena memisahkan Cut Nyak Dien dengan tanah dan rakyat Aceh, setelah wafat nya Cut Nyak Dien perjuangan terus berlanjut sampai Indonesia merdeka.


Sumber :
wikipedia.org
serbasejarah.wordpress.com


Wednesday 10 August 2016

Perjuangan Soekarno Dalam Sejarah Indonesia


Soekarno adalah presiden pertama Republik Indonesia, pria yang akrab disapa  dengan bung Karno ini lahir di Blitar, Surabaya, pada tanggal 6 juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai, ayahnya berprofesi sebagai seorang guru. Beliau hanya menghabiskan masa kecilnya dengan orang tuanya hingga akhirnya ia tinggal bersama kakek nya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur,

Pendidikan Soekarno

Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung Agung, kemuadian beliau ikut kedua orang tuanya pindah ke Mojokerto dan kemudian beliau dimasukkan oleh ayahnya ke Eerste Inlandse School, pada tahun 1911, kemudian beliau masuk ke Europeesche Lagere School (ELS) dan lulus pada tahun 1915, kemudian beliau melanjutkan pendidikan ke Hoogere Burger School (HBS), Surabaya, Jawa Timur. Disanalah beliau bertemu dengan para tokoh dari serikat Islam, organisasi yang kala itu dipimpin oleh H.O. S Tjokroaminoto.

Pada tahun 1920 seusai tamat dari HBS beliau melanjutkan studinya ke Technische Hoge School yang sekarang dikenal dengan Institute Teknologi Bandung (ITB) dan lulus pada tanggal 25 Mei 1926 dengan gelar Insiyur (Ir). Semasa di Bandung beliau tinggal bersama Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam, dan kemudian beliau bertemu dengan ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker yang merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij.

Pergerakan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

Selama di Bandung, beliau mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang  menjadi cikal bakal dari PNI yang berdiri pada tanggal 4 Juli 1927. Tujuan dari pembentukan partai tersebut agar bangsa Indonesia bisa merdeka dan terlepas dari penjajahan Belanda, dari keberanian beliau tersebut kemudian ia ditangkap oleh kolonial Belanda di Yogyakarta dan memasukkannya ke penjara Banceuy di Bandung. Pada tahun 1930, beliau dipindahkan ke penjara Suka Miskin. Jiwa pemimpin memang sudah tertanam dalam diri beliau walaupun berada didalam penjara ia mampu mempengaruhi orang lain agar berpikir untuk merdeka.

Pada saat beliau disidangkan oleh belanda melalui pengadilan landraad di Bandung, dalam pembelaan nya  yang terkenal dengan “Indnonesia menggugat” ia mengungkapkan bahwa bangsa Belanda adalah  bangsa yang serakah yang telah menindas dan merampas kemerdekaan bangsa Indonesia, yang dari pembelaan nya tersebut membuat Belanda semakin marah sehingga partai PNI yang beliau dirikan dibubarkan pada bulan juli 1930.

Pada bulan Desember 1931, Soekarno keluar dari penjara  dan bergabung dengan Partindo pada tahun 1932, yang kemudian beliau didaulat sebagai pemimpin Partindo namun ia kembali ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Flores yang kemudian dibuang ke Bengkulu pada tahun 1938.
Pada saat di Bengkulu, beliau bertemu dengan Muhammad Hatta yang menjadi teman seperjuangan nya dan beliau juga bertemu dengan Fatmawati yang kelak menjadi istrinya.

Berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia

Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Indonesia dan berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia, Soekarno yang mau dipindahkan oleh Belanda ke Australia gagal setelah dicegat oleh Jepang. Jepang kemudian memanfaatkan Soekarno beserta pemimpin Indonesia lainnya untuk menarik hati penduduk Indonesia.

Setelah pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan Badan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI), dan Jepang juga berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, Soekarno bahkan sempat bertemu dengan Kaisar Hirohito di Jepang.
BPUPKI pada tanggal 28 Mei 1945 diresmikan, pada kesempatan peresmian ini, dilakukan pengibaran bendera Hinomaru disusul pengibaran bendera Merah Putih. Hal ini semakin membangkitkan semangat para anggota BPUPKI dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia  

Soekarno terus melakukan pendekatan dengan Jepang dengan tujuan agar Indonesia segera diberikan kemerdekaan, Soekarno terus mempersiapkan kemerdekaan Indonesia seperti perumusan teks Proklamsi dan merumuskan PancaSila dan UUD 1945 sebagi ideologi dan dasar negara bersama dengan kawan-kawan perjuangan.

Proklamasi Kemerdekaan

Sebelum Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta sempat diculik oleh golongan Muda karna pada saat itu terjadi perselisihan pendapat antara golongan muda dan golongan tua, Soekarno dan Mohammad Hatta di bawa ke daerah Rengasdengklok dengan tujuan agar memproklamasikan kemerdekaan dengan secepat nya serta menjauhkan mereka  dari pengaruh Jepang.     

Kemudian Soekarno dan Mohammad Hatta dijemput oleh Ahmad Soebardjo dan dibawa ke Jakarta, tiba di Jakarta, Soekarno dan Mohammad Hatta beserta yang lainnya bertemu dengan Laksamana Maeda, Laksamana Maeda menjamin keselamatan Soekarno bersama yang lainnya, dan mempersilahkan Soekarno dan Muhammad Hatta serta Ahmad Soebardjo untuk merumuskan teks proklamasi kemerdekaan yang kemudian diketik oleh Sayuti Malik.
Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, kemudian Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia pertama.  

Daftar pustaka:

 http://informasiana.com/biografi-soekarno-dan-sejarah-perjuangannya-terhadap-bangsa-             indonesia/

      

Sunday 7 August 2016

Inilah 13 Wanita Tangguh Yang Menjadi Pahlawan Aceh


Sebelum isu emansipasi dan kesetaraan gender hangat diperbincangkan, beberapa abad yang lalu wanita Aceh telah menikmati kesetaraan hak nya  dengan laki-laki, wanita bukan hanya dijadikan juru masak atau tukang bersih-bersih rumah  bahkan mempunyai kedudukan yang mulia serta tanggung jawab yang besar dalam pemerintahan. Jika kita dengar kata perang, militer dan pemerintah itu sangat diidentikan dengan kaum pria karena tugas seberat itu mayoritas sangat didominasi oleh kaum pria, maka sejarah telah mencatat bahwa ada sejumlah  wanita tangguh  yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar dalam kerajaan dan perjuangan aceh.
Karena itu, adalah suatu hal yang Iogis kalau sejarah telah mencatat sejumlah nama wanita yang telah memainkan peranan yang amat penting di Tanah Aceh, sejak zaman Kerajaan Islam Perlak sampai kepada Kerajaan Aceh Darussalam diantara nya adalah.

1.    Puteri Lindung Bulan, anak bungsu dari Raja Muda Sedia yang memerintah Kerajaan Islam Benua/Teuming pada tahun 753 - 800 H. (1333 - 1398 M)

2.    Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu, yang menjadi Raja terakhir dari Kerajaan Islam Samudra/Pase, yang memerintah dalam tahun 801-831 H. (1400-1428 M)

3.    Laksamana Malahayati, seorang janda-muda yang menjadi Panglima dari Armada Inongbale (Armada Wanita-janda), yang dibangun oleh Sulthan Alaiddin Riayat Syah Saidil Mukammil, yang memerintah dalam tahun 997-1011 H. (1589-1604 M )

4.    Ratu Safiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1050-1086 H (1641-1675 M)

5.    Ratu Naqiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1086-1088 H (1675-1678 M)

6.    Ratu Zakiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1088-1098 H (1678-1688 M)

7.    Ratu Kamalat, yag memerintah Aceh dalam tahun 1098-1109 H (1688-1699 M)

8.    Cut nyak Dhin, yang setelah suaminya, Teuku Umar, Syahid dia mengoper pimpinan perang. Dalam keadaan telah buta, Cutnyak Dhin ditawan dan dibuang ke Jawa.

9.    Teungku Fakinah, seorang wanita-Ulama yang menjadi pahlawan; memimpin sebuah resimen dalam Perang Aceh, dan setelah usai perang, Fakinah mendirikan pusat pendidikan Islam yang bernama Dayah Lam Diran.

10.    Cut Meutia, seorang pahlawan wanita yang selama 20 tahun memimpin perang gerilya dalam hutan-hutan Pase, yang kemudian syahid, karena telah bersumpah tidak akan mau menyerah hidup kepada Belanda.

11.    Pecut Baren, seorang pahlawan wanita bertahun-tahun memimpin peran terhadap Belanda (1898-1906), sehingga beliau tertawan dalam mempertahanka bentengnya setelah luka parah (1906).

12.    Pocut Meurah Intan, Srikandi yang juga bernama Pocut Biheu, bersama putera puteranya, Tuwanku Muhammad, Tuwanku Budiman dan Tuwanku Nurdin, berperang tanpa kenal menyerah bertahun-tahun untuk menghadapi tentara Belanda, dan dalam keadaan luka parah ia dapat ditawan dalam tahun 1904, demikian pula Puteranya Tuwanku Nurdin, sedangkan puteranya Tuwanku Muhammad telah syahid dalam tahun 1902.

13.    Cutpo Fatimah, seorang pahlawan wanita yang menjadi teman seperjuangan Cut Meutia, puteri dari seorang ulama besar, Tengku Khatim atau Teungku Chik Mata Ie. Cutpo Fatimah bersama suaminya, Teungku Di barat, melanjutkan perang  setelah Cut Mutia dan suaminya syahid, sehingga dalam pertempuran pada tanggal 22 Februari 1912, Cutpo Fatimah dan Suaminya syahid bertindih badan.

Itulah para wanita tangguh yang menjadi pahlawan Aceh, Sejak dari Kerajaan Islam Perlak, Kerajaan Islam Samudra/Pase sampai-sampai kepada Kerajaan Aceh Darussalam para wanita tangguh ini mempunyai peran yang sangat besar, Islam telah diambil menjadi dasar negara, dan sumber hukumnya, yaitu Qur’an, Sunnah, Ijmak dan Qiyas.
Dalam Adat Meukuta Alam (Undang-Undang Dasar Kerajaan Aceh Darussalam) tersebut. Kanun Maukuta Alam Al Asyi, yaitu :
Al Qur-an,
Al Hadis,
Ijmak Ulama Ahlus Sunnah,
Al Qiyas.

Karena Islam telah diambil menjadi Dasar Negara dan Qur-an serta Sunnah telah dinyatakan sebagai sumber hukum, maka kedudukan wanita dalam Kerajaan Aceh Darussalam, disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan Al Qur-an dan Sunnah. Al Qur-an telah menegaskan, bahwa manusia diciptakan dari sumber yang satu, yaitu dari Adam, baik pria ataupun wanita, baik yang berkulit putih ataupun yang berkulit hitam. Karena itu, kedudukan pria dengan wanita sama ; manusia sama derajat dalam pandangan Allah :
Bertakwalah kepada Allah, yang telah menciptakan kamu dari satu sumber (Adam), dan dari sumber itu sendiri Allah menciptakan istri nya  (Hawa). Dan kemudian daripada keduanya, Allah mengembangbiakkan pria dan wanita yang banyak. Bertakwalah kepada Allah ,dimana  dengan namanya kamu saling-minta dan saling-ikat silaturrahim.sesungguh nya Allah senantiasa mengawasi kamu. (Q.S. An Nisa : 1)
Menurut pandangan Islam, bahwa hak dan kewajiban pria dengan wanita sama dalam masyarakat bangsa dan dalam masyarakat dunia. Kalaupun ada berlebih dan berkurang, semata-mata terletak pada nilai takwanya :
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari pria dan wanita, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan berkabilah-kabilah saling-kenal satu sama lain. Sesungguhnya orang yang paling terhormat diantara kamu di sisi Allah, yaitu orang yang paling tinggi nilai takwa- nya (Q.S. Al Hujurat: 13)
Perintah menyembah Allah diiringi dengan perintah berbuat bakti kepada ayah/bunda. Pembaktian anak kepada ayah (pria) dan bunda (wanita) sama derajatnya :
Hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu. Dan hendaklah kamu bakti kepada ayah-bundamu. (Q.S. An Nisa : 36)
Orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal-salih, baik ataupun wanita; mereka akan masuk sorga, dan sedikitpun mereka tidak dianiaya. (Q.S. An Nisa :124)

Dalam Al Qur-an terdapat ayat-ayat yang mencgaskan, bahwa tiap-tiap Mukmin yang berusaha, baik pria ataupun wanita, pasti akan mendapat balasan dan pahala sesuai dengan kadar amalannya, antaranya :
Janganlah kamu irihati terhadap kurnia Allah yang berlebih berkurang di antara kamu. Untuk kaum pria yang berusaha akan mendapat hasil menurut kadar usahanya ; demikian pula untuk kaum wanita yang berusaha, mereka akan mendapat hasil sesuai dengan usahanya. Mintalah kurnia Allah, sesungguhnya Allah mengetahui segala-galanya. (Q.S. An Nisa : 32)

Betapa besar   perhatian Allah kepada kaum wanita, antara lain terbukti bahwa dalam al Qur-an terdapat sebuah surat yang bernama "Surat An Nisa", Surat Wanita, di mana di dalamnya banyak dibicarakan masalah-masalah yang ada sangkut-paut dengan wanita dan masyarakatnya.

Dalam masalah jihad atau perang, dalam masalah negara, menurut Islam kewajiban pria dan wanita sama, artinya sama-sama wajib berjihad untuk menegakkan Agama Allah, sama-sama wajib berjihad untuk membela tanah-air, sama-sama wajib bekerja untuk memimpin dan membangun negara, seperti yang dapat dipahami dari Hadis-Hadis berikut :

Menurut sebuah Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dari seorang Sahabat - Wanita, yang mengatakan : Kami pergi berperang bersama Rasul Allah, di mana antara lain tugas kami menyediakan makan dan minum bagi para prajurit ; mengembalikan anggota tentara yang syahid ke Madinah. (HR. Bukhari
.
Seorang Shahabat-Wanita yang lain berkata : Kami ikut perang bersama Rasul Allah sampai tujuh kali, di mana kami merawat perajurit yang luka, menyediakan makanan dan minuman bagi mereka. (HR Bukhari)

Mengenai hak wanita untuk memegang jabatan-jabatan dalam negara, jabatan yang tertinggi, dinyatakan boleh asal mereka sanggup dan mempunyai pengetahuan untuk bidang-bidang jabatan yang akan dipegangnya; sama seperti hak pria dalam hal tersebut.

Dalam sebuah kitab yang bernama "Safinatul Hukkam" ditegaskan bahwa wanita boleh menjadi raja atau Sulthan, asal memiliki syarat-syarat kecakapan dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan dalil-dalil ayat  Al Qur-an dan Hadis-Hadis Nabi serta Pendapat para Ulama, maka Kerajaan Islam Perlak, Kerajaan Islam Samudra/Pase dan Kerajaan Aceh Darussalam, telah memberi kepada kaum wanita Aceh hak dan kewajiban yang sama dengan kaum pria.

Daftar Pustaka:
A Hasjmy, 59 TAHUN Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, cetekan I, Bintang Bulan, Jakarta, 1977