pages

Sunday, 7 August 2016

Inilah 13 Wanita Tangguh Yang Menjadi Pahlawan Aceh


Sebelum isu emansipasi dan kesetaraan gender hangat diperbincangkan, beberapa abad yang lalu wanita Aceh telah menikmati kesetaraan hak nya  dengan laki-laki, wanita bukan hanya dijadikan juru masak atau tukang bersih-bersih rumah  bahkan mempunyai kedudukan yang mulia serta tanggung jawab yang besar dalam pemerintahan. Jika kita dengar kata perang, militer dan pemerintah itu sangat diidentikan dengan kaum pria karena tugas seberat itu mayoritas sangat didominasi oleh kaum pria, maka sejarah telah mencatat bahwa ada sejumlah  wanita tangguh  yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar dalam kerajaan dan perjuangan aceh.
Karena itu, adalah suatu hal yang Iogis kalau sejarah telah mencatat sejumlah nama wanita yang telah memainkan peranan yang amat penting di Tanah Aceh, sejak zaman Kerajaan Islam Perlak sampai kepada Kerajaan Aceh Darussalam diantara nya adalah.

1.    Puteri Lindung Bulan, anak bungsu dari Raja Muda Sedia yang memerintah Kerajaan Islam Benua/Teuming pada tahun 753 - 800 H. (1333 - 1398 M)

2.    Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu, yang menjadi Raja terakhir dari Kerajaan Islam Samudra/Pase, yang memerintah dalam tahun 801-831 H. (1400-1428 M)

3.    Laksamana Malahayati, seorang janda-muda yang menjadi Panglima dari Armada Inongbale (Armada Wanita-janda), yang dibangun oleh Sulthan Alaiddin Riayat Syah Saidil Mukammil, yang memerintah dalam tahun 997-1011 H. (1589-1604 M )

4.    Ratu Safiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1050-1086 H (1641-1675 M)

5.    Ratu Naqiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1086-1088 H (1675-1678 M)

6.    Ratu Zakiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1088-1098 H (1678-1688 M)

7.    Ratu Kamalat, yag memerintah Aceh dalam tahun 1098-1109 H (1688-1699 M)

8.    Cut nyak Dhin, yang setelah suaminya, Teuku Umar, Syahid dia mengoper pimpinan perang. Dalam keadaan telah buta, Cutnyak Dhin ditawan dan dibuang ke Jawa.

9.    Teungku Fakinah, seorang wanita-Ulama yang menjadi pahlawan; memimpin sebuah resimen dalam Perang Aceh, dan setelah usai perang, Fakinah mendirikan pusat pendidikan Islam yang bernama Dayah Lam Diran.

10.    Cut Meutia, seorang pahlawan wanita yang selama 20 tahun memimpin perang gerilya dalam hutan-hutan Pase, yang kemudian syahid, karena telah bersumpah tidak akan mau menyerah hidup kepada Belanda.

11.    Pecut Baren, seorang pahlawan wanita bertahun-tahun memimpin peran terhadap Belanda (1898-1906), sehingga beliau tertawan dalam mempertahanka bentengnya setelah luka parah (1906).

12.    Pocut Meurah Intan, Srikandi yang juga bernama Pocut Biheu, bersama putera puteranya, Tuwanku Muhammad, Tuwanku Budiman dan Tuwanku Nurdin, berperang tanpa kenal menyerah bertahun-tahun untuk menghadapi tentara Belanda, dan dalam keadaan luka parah ia dapat ditawan dalam tahun 1904, demikian pula Puteranya Tuwanku Nurdin, sedangkan puteranya Tuwanku Muhammad telah syahid dalam tahun 1902.

13.    Cutpo Fatimah, seorang pahlawan wanita yang menjadi teman seperjuangan Cut Meutia, puteri dari seorang ulama besar, Tengku Khatim atau Teungku Chik Mata Ie. Cutpo Fatimah bersama suaminya, Teungku Di barat, melanjutkan perang  setelah Cut Mutia dan suaminya syahid, sehingga dalam pertempuran pada tanggal 22 Februari 1912, Cutpo Fatimah dan Suaminya syahid bertindih badan.

Itulah para wanita tangguh yang menjadi pahlawan Aceh, Sejak dari Kerajaan Islam Perlak, Kerajaan Islam Samudra/Pase sampai-sampai kepada Kerajaan Aceh Darussalam para wanita tangguh ini mempunyai peran yang sangat besar, Islam telah diambil menjadi dasar negara, dan sumber hukumnya, yaitu Qur’an, Sunnah, Ijmak dan Qiyas.
Dalam Adat Meukuta Alam (Undang-Undang Dasar Kerajaan Aceh Darussalam) tersebut. Kanun Maukuta Alam Al Asyi, yaitu :
Al Qur-an,
Al Hadis,
Ijmak Ulama Ahlus Sunnah,
Al Qiyas.

Karena Islam telah diambil menjadi Dasar Negara dan Qur-an serta Sunnah telah dinyatakan sebagai sumber hukum, maka kedudukan wanita dalam Kerajaan Aceh Darussalam, disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan Al Qur-an dan Sunnah. Al Qur-an telah menegaskan, bahwa manusia diciptakan dari sumber yang satu, yaitu dari Adam, baik pria ataupun wanita, baik yang berkulit putih ataupun yang berkulit hitam. Karena itu, kedudukan pria dengan wanita sama ; manusia sama derajat dalam pandangan Allah :
Bertakwalah kepada Allah, yang telah menciptakan kamu dari satu sumber (Adam), dan dari sumber itu sendiri Allah menciptakan istri nya  (Hawa). Dan kemudian daripada keduanya, Allah mengembangbiakkan pria dan wanita yang banyak. Bertakwalah kepada Allah ,dimana  dengan namanya kamu saling-minta dan saling-ikat silaturrahim.sesungguh nya Allah senantiasa mengawasi kamu. (Q.S. An Nisa : 1)
Menurut pandangan Islam, bahwa hak dan kewajiban pria dengan wanita sama dalam masyarakat bangsa dan dalam masyarakat dunia. Kalaupun ada berlebih dan berkurang, semata-mata terletak pada nilai takwanya :
Sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari pria dan wanita, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan berkabilah-kabilah saling-kenal satu sama lain. Sesungguhnya orang yang paling terhormat diantara kamu di sisi Allah, yaitu orang yang paling tinggi nilai takwa- nya (Q.S. Al Hujurat: 13)
Perintah menyembah Allah diiringi dengan perintah berbuat bakti kepada ayah/bunda. Pembaktian anak kepada ayah (pria) dan bunda (wanita) sama derajatnya :
Hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah mempersekutukannya dengan sesuatu. Dan hendaklah kamu bakti kepada ayah-bundamu. (Q.S. An Nisa : 36)
Orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal-salih, baik ataupun wanita; mereka akan masuk sorga, dan sedikitpun mereka tidak dianiaya. (Q.S. An Nisa :124)

Dalam Al Qur-an terdapat ayat-ayat yang mencgaskan, bahwa tiap-tiap Mukmin yang berusaha, baik pria ataupun wanita, pasti akan mendapat balasan dan pahala sesuai dengan kadar amalannya, antaranya :
Janganlah kamu irihati terhadap kurnia Allah yang berlebih berkurang di antara kamu. Untuk kaum pria yang berusaha akan mendapat hasil menurut kadar usahanya ; demikian pula untuk kaum wanita yang berusaha, mereka akan mendapat hasil sesuai dengan usahanya. Mintalah kurnia Allah, sesungguhnya Allah mengetahui segala-galanya. (Q.S. An Nisa : 32)

Betapa besar   perhatian Allah kepada kaum wanita, antara lain terbukti bahwa dalam al Qur-an terdapat sebuah surat yang bernama "Surat An Nisa", Surat Wanita, di mana di dalamnya banyak dibicarakan masalah-masalah yang ada sangkut-paut dengan wanita dan masyarakatnya.

Dalam masalah jihad atau perang, dalam masalah negara, menurut Islam kewajiban pria dan wanita sama, artinya sama-sama wajib berjihad untuk menegakkan Agama Allah, sama-sama wajib berjihad untuk membela tanah-air, sama-sama wajib bekerja untuk memimpin dan membangun negara, seperti yang dapat dipahami dari Hadis-Hadis berikut :

Menurut sebuah Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dari seorang Sahabat - Wanita, yang mengatakan : Kami pergi berperang bersama Rasul Allah, di mana antara lain tugas kami menyediakan makan dan minum bagi para prajurit ; mengembalikan anggota tentara yang syahid ke Madinah. (HR. Bukhari
.
Seorang Shahabat-Wanita yang lain berkata : Kami ikut perang bersama Rasul Allah sampai tujuh kali, di mana kami merawat perajurit yang luka, menyediakan makanan dan minuman bagi mereka. (HR Bukhari)

Mengenai hak wanita untuk memegang jabatan-jabatan dalam negara, jabatan yang tertinggi, dinyatakan boleh asal mereka sanggup dan mempunyai pengetahuan untuk bidang-bidang jabatan yang akan dipegangnya; sama seperti hak pria dalam hal tersebut.

Dalam sebuah kitab yang bernama "Safinatul Hukkam" ditegaskan bahwa wanita boleh menjadi raja atau Sulthan, asal memiliki syarat-syarat kecakapan dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan dalil-dalil ayat  Al Qur-an dan Hadis-Hadis Nabi serta Pendapat para Ulama, maka Kerajaan Islam Perlak, Kerajaan Islam Samudra/Pase dan Kerajaan Aceh Darussalam, telah memberi kepada kaum wanita Aceh hak dan kewajiban yang sama dengan kaum pria.

Daftar Pustaka:
A Hasjmy, 59 TAHUN Aceh Merdeka di bawah Pemerintahan Ratu, cetekan I, Bintang Bulan, Jakarta, 1977





No comments :

Post a Comment