sumber: Https://id.wikipedia.org |
Seorang Jendral yang
menjadi Presiden terlama dalam sejarah negara Indonesia adalah Soeharto, Presiden kedua Indonesia ini bernama lengkap Muhammad
Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921
di Bantul, Yogyakarta. Soeharto adalah anak ke tiga dari pasangan Kertosudiro
dan Sukirah.
Di dunia internasional sang Jenderal lebih populer dengan
sebutan “The Smiling General”(sang
Jendral yang tersenyum). Awal kepemimpinan Soeharto ditandai dengan
adanya konsep Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama adalah sebutan bagi
kepemimpinan Presiden Soekarno sedang Orde Baru adalah sebutan untuk masa kepemimpinan
dirinya.
Di bidang keluar
negerian Soeharto sangat berseberangan dengan Soekarno. Jika diera Soekarno
Indonesia keluar dari PBB karena Soekarno menganggap PBB hanya alat negara
adidaya untuk lebih menjajah negara lemah maka di era Soeharto justru Indonesia
masuk lagi menjadi anggota PBB. Selain itu Soekarno dikenal sangat menjunjung
tinggi harkat dan martabat bangsa sehingga Soekarno tidak mau jika ada negara
lain yang menyumbang Indonesia tapi ujung-ujungnya malah mendikte pemerintah
Indonesia namun berbeda dengan Soeharto. Diera Soeharto Indonesia justru
meminjam dana dari IMF dan dari negara maju lainnya sehingga ada istilah negara
donor.
Program Rezim
Soeharto diarahkan lebih ke ekonomi yaitu bagaimana menyelamatkan inflasi yang
sangat tinggi. Langkah yang diambil Soeharto adalah dengan meminjam dana dari
luar negeri dan dari IMF. Selain itu Soeharto juga menarik investor asing. Dari
langkah ini inflasi yang begitu tinggi berhasil dikendalikan dan stabilitas
ekonomi akhirnya tercapai.
Setelah stabilitas
keamanan dan ekonomi tercapai program Soeharto selanjutnya adalah melakukan
pembangunan nasional yang dirancang melalui pembangunan jangka pendek yang
berkisar lima tahun dan pembangunan jangka panjang yang berkisar 25 sampai 30
tahun.
Di bidang pangan
Soeharto terbukti sukses mengantar Indonesia untuk ber swasembada pangan. Dari
negara yang selalu mengimpor beras menjadi negara yang bisa mencukupi kebutuhan
pangannya sendiri atau dikenal dengan istilah swasembada pangan. Selain itu Soeharto
juga sukses dalam program Keluarga Berencana atau KB dimana dalam satu keluarga
disarankan hanya memiliki dua anak saja.(lihat: http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.co.id/)
Roma, Italia, 14 November 1985. Musim dingin yang membekap
Kota Roma ketika itu turut menggigit tubuh setiap peserta Konfrensi ke-23
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Tidak kurang dari 165 negara
anggota mengirimkan wakilnya ke perhelatan yang membetot perhatian mata dunia
terhadap Indonesia kala itu. Presiden Soeharto yang sukses mengantarkan
Indonesia dari pengimpor beras terbesar di dunia menjadi swasembada didapuk
maju ke podium untuk memberikan pidatonya. Dia menyerahkan bantuan satu juta
ton padi kering (gabah) dari para petani untuk diberikan kepada rakyat Afrika
yang mengalami kelaparan.
“Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu
merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia,” kata Presiden Soeharto
dalam pidatonya. Karena itu, FAO mengganjar keberhasilan itu dengan penghargaan
khusus berbentuk medali emas pada 21 Juli 1986. Prestasi Soeharto di bidang
pertanian memang fantastik atau dahsyat. Indonesia mengecap swasembada besar
mulai 1984. Produksi besar pada tahun itu mencapai 25,8 juta ton. Padahal, data
1969 beras yang dihasilkan Indonesia hanya 12,2 juta ton. Hasil itu memaksa
Indonesia mengimpor beras minimal 2 juta ton.
Sebab itu, pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih
sebagai presiden oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil Presiden diserahkan
kepada Sudharmono. Sekali lagi, mata dunia tertuju lagi kepada seorang
Soeharto. Karena sukses dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga
berencana, Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan di Markas
Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York pada 8 Juni 1989. “Kenaikan
produksi pangan tidak banyak berarti jika pertambahan jumlah penduduk tidak
terkendali,” tandas Soeharto.
Dia dianugerahi UN Population
Award, penghargaan tertinggi PBB di bidang kependudukan. Penghargaan itu
disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB, Javier de Cueller di Markas
Besar PBB, New York bertepatan dengan ulang tahun Soeharto yang ke-68 pada 8
Juni 1989. Soeharto makin dilirik ketika berhasil menegakkan harkat bangsa
Indonesia di latar ekonomi Asia. Di ASEAN, dia dianggap berjasa ikut
mengembangkan organisasi regional ini sehingga diperhitungkan di dunia. “Tanpa
kebaikan dan kehadiran Soeharto, kami akan menghabiskan banyak jatah produk
domestic bruto di bidang pertahanan,” ujar Perdana Menteri Australia Paul
Keating ketika itu. Paul Keating menyebut Soeharto sebagai “ayah”.(lihat: https://id.wikipedia.org/wiki/Soeharto)
Selain seorang Jendral berbintang empat, Soeharto juga populer
dengan sebutan bapak Pembangunan, pembangunan
memang menjadi proyek yang mewarnai
hari-hari pemerintahan Soeharto. Nama kabinetnya adalah Kabinet Pembangunan,
hingga 7 generasi dan Soeharto dinyatakan lengser. Ia juga mendapatkan gelar
Bapak Pembangunan meski hal ini juga sempat menuai kontroversi.
Konsep Trilogi Pembangunan yang diusung Soeharto
memang membawa bangsa ini pada kejayaan berkali-kali. Di bawah
Soeharto, Indonesia inflasi bisa ditekan dari dari 650% hingga menjadi 12%
saja. Pembangunan waduk-waduk dan banyak proyek besar bisa terlaksana. Intinya,
pembangunan besar dan kecil pada masa-masa itu terasa lebih nyata.(lihat: http://efekgila.com/7-kelebihan-soeharto-presiden-enak-zamanku/)
Awal 1980, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Dari tahun 1971 hingga 1981, tingkat pertumbuhan tahunan Produksi Domestik
Bruto (PDB) berkisar di angka 7,7% dan tidak pernah berada di bawah angka 5%.
Hal ini tidak bisa lepas dari kondisi pendapatan minyak, yang tetap tinggi
hingga tahun 1982, terutama dipicu dengan perang Irak-Iran 1979. Bahkan pada
tahun 1981, Indonesia adalah penghasil gas alam cair terbanyak di dunia. Kalau
pada tahun 1974 tingkat inflasi tahunan mencapai 41%, pada tahun-tahun
selanjutnya dalam decade tersebut tingkat inflasi hanya berkisar antara 10
sampai 20%.
Terlepas dari sisi gelap nya masa pemerintahan Soeharto tapi harus
diakui juga sisi kejayaan pada masa jabatan nya sebagai Presiden, Pada masa Orde Baru antara tahun 1975-1990
merupakan, bisa disebut dengan masa keemasan Presiden Soeharto.
Kemajuan-kemajuan segnifikan dari bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi
patut di apresiasi. Serta Program Keluarga Berencana yang merupakan program
tersukses pada waktu itu. Investasi besar-besaran pun ditanam. Sehingga
menghasilkan swasembada beras dan bahan pangan lainnya. Kalaupun dibandingkan
dengan zaman colonial Belanda dan Orde Lama, rezim sukses memperbaiki,
mengekploitasi dan mengembangkan Indonesia.(lihat: http://pipadangkal.blogspot.co.id/)
No comments :
Post a Comment