Pada
tahun 1293 berdirilah kerajaan Majapahit yang mencapai zaman keemasaannya pada
pemerintahan raja Hayam Wuruk dengan mahapatih Gajah Mada yang dibantu oleh
laksamana Nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai Nusantara.
Wilayah
kekuasaan Majapahit semasa jayanya itu membentang dari semenanjung melayu
(Malaysia sekarang) samapai Irian Barat melalui Kalimantan Utara.
Pada
waktu itu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu
kerajaan. Empu Prapanca menulis
Negarakertagaman (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat istilah
“Pancasila”. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma, dan didalam buku itulah
kita jumpai seloka persatuan yaitu “Bhinneka
Tunggal Ika” yang bunyi lengkapnya “Bhinneka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua” artinya walaupun berbeda. Namun satu
jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki tuhan yang berbeda.
Hal
ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama
Hindu dan Budha. Bahkan salah satu bawahan kekuasaannya yaitu Pasai justru
telah memeluk agama Islam. Toleransi positif dalam bidang agama dijunjung
tinggi sejak masa bahari yang telah silam.
Sumpah
palapa yang diucapkan oleh Mahapatih
Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menteri-menteri di paseban keprabuan Maja pahit
pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara raya
sebagai berikut “saya baru akan berhenti mekan pelapa, jikalau seluruh
Nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara, jikalau gurun, Seram, Tanjung,
Haru, Pahang, Dempo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik telah dikalahkan
(Yamin, 1960:60)
Hubungan Dengan Negara Lain
Selain
itu dalam hubungannya dengan negara lain raja Hayam Wuruk senantiasa mengadakan
hubungan bertetangga dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayodya, Champa dan
Kamboja.
Menurut
prasasti Brumbung (1329), dalam tata pemerintahan kerajaan Majapahit terdapat
semacam penasehat seperti Rakryan I Hino, I Sirikan, dan I Halu yang bertugas
memberikan nasehat kepada raja, hal ini sebagai nilai-nilai musyawarah mufakat
yang dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.
Majapahit
menjulang dalam arena sejarah kebangsaan Indonesia dan banyak meninggalkan
nilai-nilai yang diangkat dalam nasionalisme negara kebangsaan Indonesia 17
Agustus 1945. Kemudian disebabkan oleh
faktor keadaan dalam negeri sendiri seperti perselisihan dan perang saudara
pada permulaan abad XV, maka sinar kejayaan Majapahit berangsur-angsur mulai memudar
dan akhirnya mengalami keruntuahan dengan “Sinar Hilang Kertaning Bumi” pada
permulaan Abad XVI (1520)
Terimakasih
telah membaca Sejarah Singkat “Kerajaan Majapahit” Dan Hubungannya Dengan
Nilai-Nilai Pancasila, jangan pernah
lupakan sejarah karena sejarah sangat berharga dan tidak ternilai harganya.
Sumber:
Kaelan,M.S,
PENDIDIKAN PANCASILA, PARADIGMA, Yogyakarta, 2004, hlm. 31-32
in conclusion with our history book club to read and discuss books that changed the way we see the past. let's visit our website here https://sejarahdunia72.blogspot.com/
ReplyDelete