Pada masa hidupnya ia memiliki dua orang suami , suami pertamanya
adalah Teuku Ibrahim Lamnga putra dari uleebalang Lam Nga, mereka menikah pada
tahun 1862 ketika itu Cut Nyak Dien masih berumur 12 tahun, dari
pernikahan tersebut mereka dikaruniai
seorang anak laki-laki, suaminya juga merupakan seorang pejuang yang sangat
tangguh dalam melawan penjajah Belanda, ia gugur dalam pertempuran melawan
Belanda di Gle Tarum pada tahun 29 Juni 1878, setelah suaminya gugur, ia
bertekad untuk meneruskan perjuangan suaminya.
Sepeninggal suaminya peperangan demi peperangan terus dilalui oleh Cut Nyak Dien dengan pasukannya,
sampai akhirnya ia menikah lagi dengan seorang pejuang yang tidak kalah
tangguhnya dalam melawan penjajah Belanda yaitu Teuku Umar, pada tahun 1980.
Dari pernikahan kedua pejuang tersebut membuat semangat baru bagi
rakyat Aceh dalam meningkatkan perlawanan terhadap penjajah Belanda, dari
penikahan tersebut mereka dikaruniai seorang putri perempuan yang dinamai Cut
Gambang.
Teuku Umar dikenal dengan pejuang yang banyak Taktik dalam
melakukan perlawanan terhadap Belanda, Teuku Umar pernah melakukan pergerekan
dengan mendekati Belanda sehingga hubungannya dengan Belanda sangat akrab,
pihak Belanda sangat senang kepada Teuku Umar, karena pejuang yang sangat berbahaya ini mau membantu mereka, pihak
Belanda berpikir Teuku Umar sungguh-sungguh kerja sama dengan mereka
sampai-sampai mereka memberikan gelar Teuku Umar Johan pahlawan serta
memberikan kekuasaan penuh kepada Teuku Umar dan menjadikannya komandan Unit
pasukan Belanda.
Pada saat itu Belanda tidak tau strategi yang sedang dibangun oleh
Teuku Umar bahkan sebagian pejuang dari Acehpun
menganggap Teuku Umar sebagai pengkhianat karena telah melakukan kerja
sama dengan Belanda.
Sebenarnya pada saat itu Teuku Umar hanya ingin mempelajari taktik
Belanda, dan mengatakan ingin menyerang basis Aceh, setelah Teuku Umar
mempelajari taktik Belanda, ia pergi bersama Cut Nyak Dien dan pasukannya
dengan perlengkapan berat dan senjata milik Belanda dan tidak pernah
kembali kepada pihak Belanda.
Ketika itu Belanda marah besar kepada Teuku Umar karena mereka menganggap
Teuku Umar telah berkhianat kepada
mereka , kemarahan tersebut membuat Belanda melancarkan operasi besar-besaran
untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar baik dalam keadaan hidup maupun
mati.
Perlawanan dari pihak Acehpun semangkin meningkat karena telah
dilengkapi dengan perlengkapan dan senjata yang diambil dari Belanda, pada saat
itu Belanda berada dalam kekacaun karena banyaknya pasukan mereka yang terbunuh
dan mereka terus menerus mengganti
Jendral, memuncaknya perlawanan dari
pihak Aceh karena sudah banyaknya perlengkapan sejata.
Walaupun demikian pihak Belanda tidak kehilangan akal, tekanan
dari pihak Aceh tidak membuat Belanda
menyerah begitu saja, pada saat itu Belanda memanfaatkan orang Aceh dengan bayaran tertentu untuk memata-matai rencana Teuku Umar dan pasukannya, dari
rencana Belanda tersebut akhirnya membawa hasil, pada tanggal 11 Februari 1899 berhasil
disergap oleh pihak Belanda dan Teuku Umar gugur di medan perang.
Hal tersebut tidak membuat Cut Nyak Dien patah semangat, Cut Nyak
Dien terus memimpin perlawanan melawan Belanda , peperangan melawan Belanda
terus dilalui oleh Cut Nyak Dien dengan
pasukanya sampai pada titik terakhir pada tahun 1901 karena pasukan Cut
Nyak Dien terus berkurang dan Cut Nyak Dien pun sudah semakin tua dan matanya
mulai rabun serta sulit memperoleh makanan karena mereka terus diburu oleh
pasukan Belanda, walaupun demikian cut nyak dien tidak pernah mengenal kata
menyerah.
Akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap oleh Belanda di Beutong Lhee
Sagoe, sebelum ditangkap oleh Belanda Cut Nyak Dien dan pasukannya juga sempat
melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda, keberadaannya tersebut
diketahui oleh Belanda karena anak buahnya bernama Pang Laot melaporkan markas
meraka kepada pihak Belanda karena merasa iba dengan kondisi Cut Nyak Dien.
Putri Cut Nyak Dien yang bernama Cut Gambang berhasil melarikan
diri dari gempuran pasukan Belanda.
kemudian Cut Nyak Dien dibawa ke Banda Aceh
dan dirawat disana, setelah itu pihak Belanda membawa Cut Nyak Dien dan tahanan
politik lainnya ke Sumedang, Jawa Barat.
Pihak Belanda menganggap keberadaannya di
Aceh sangat berbahaya Karena Cut
Nyak Dien terus mengobarkan semangat perjuangan kepada pejuang yang belum
berhasil ditangkap untuk melawan penjajahan Belanda.
Cut Nyak Dien meninggal pada tanggal 6 November 1908, karena usianya yang sudah sangat tua,
pencarian makam Cut Nyak Dien berdasarkan data yang ditemukan di Belanda ,
makamnya berhasil ditemukan pada tahun 1959.
Belanda mengingkari janji karena memisahkan Cut Nyak Dien dengan tanah dan
rakyat Aceh, setelah wafat nya Cut Nyak Dien perjuangan terus berlanjut sampai
Indonesia merdeka.
Sumber :
wikipedia.org
serbasejarah.wordpress.com
No comments :
Post a Comment