pages

Saturday, 20 August 2016

Sejarah Perjuangan Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien adalah salah satu pahlawan wanita yang sangat ditakuti oleh penjajah Belanda, beliau lahir di Lampadang, Aceh, tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia yang merupakan golongan bangsawan Aceh, keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minang Kabau yang  juga merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta, ia adalah seorang perwakilan kesultanan Aceh pada pada masa pemerintahan Iskandar Muda di Pariaman,  ibunya adalah putri uleebalang Lampagar , Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita yang berasal dari Aceh, ia dikenal sebagai perempuan yang sangat tangguh dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda.

Pada masa hidupnya ia memiliki dua orang suami , suami pertamanya adalah Teuku Ibrahim Lamnga putra dari uleebalang Lam Nga, mereka menikah pada tahun 1862 ketika itu Cut Nyak Dien masih berumur 12 tahun, dari pernikahan  tersebut mereka dikaruniai seorang anak laki-laki, suaminya juga merupakan seorang pejuang yang sangat tangguh dalam melawan penjajah Belanda, ia gugur dalam pertempuran melawan Belanda di Gle Tarum pada tahun 29 Juni 1878, setelah suaminya gugur, ia bertekad untuk meneruskan perjuangan suaminya.

Sepeninggal suaminya peperangan demi peperangan  terus dilalui oleh Cut Nyak Dien dengan pasukannya, sampai akhirnya ia menikah lagi dengan seorang pejuang yang tidak kalah tangguhnya dalam melawan penjajah Belanda yaitu Teuku Umar, pada tahun 1980.
Dari pernikahan kedua  pejuang tersebut membuat semangat baru bagi rakyat Aceh dalam meningkatkan perlawanan terhadap penjajah Belanda, dari penikahan tersebut mereka dikaruniai seorang putri perempuan yang dinamai Cut Gambang.

Teuku Umar dikenal dengan pejuang yang banyak Taktik dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda, Teuku Umar pernah melakukan pergerekan dengan mendekati Belanda sehingga hubungannya dengan Belanda sangat akrab, pihak Belanda sangat senang kepada Teuku Umar, karena pejuang yang sangat  berbahaya ini mau membantu mereka, pihak Belanda berpikir Teuku Umar sungguh-sungguh kerja sama dengan mereka sampai-sampai mereka memberikan gelar Teuku Umar Johan pahlawan serta memberikan kekuasaan penuh kepada Teuku Umar dan menjadikannya komandan Unit pasukan Belanda.

Pada saat itu Belanda tidak tau strategi yang sedang dibangun oleh Teuku Umar bahkan sebagian pejuang dari Acehpun  menganggap Teuku Umar sebagai pengkhianat karena telah melakukan kerja sama dengan Belanda.

Sebenarnya pada saat itu Teuku Umar hanya ingin mempelajari taktik Belanda, dan mengatakan ingin menyerang basis Aceh, setelah Teuku Umar mempelajari taktik Belanda, ia pergi bersama Cut Nyak Dien dan pasukannya dengan  perlengkapan berat  dan senjata milik Belanda dan tidak pernah kembali kepada pihak Belanda.

Ketika itu Belanda marah besar kepada Teuku Umar karena mereka menganggap  Teuku Umar telah berkhianat kepada mereka , kemarahan tersebut membuat Belanda melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar baik dalam keadaan hidup maupun mati.

Perlawanan dari pihak Acehpun semangkin meningkat karena telah dilengkapi dengan perlengkapan dan senjata yang diambil dari Belanda, pada saat itu Belanda berada dalam kekacaun karena banyaknya pasukan mereka yang terbunuh dan mereka  terus menerus mengganti Jendral,  memuncaknya perlawanan dari pihak Aceh karena sudah banyaknya perlengkapan sejata.

Walaupun demikian pihak Belanda tidak kehilangan akal, tekanan dari  pihak Aceh tidak membuat Belanda menyerah begitu saja, pada saat itu Belanda memanfaatkan orang  Aceh dengan bayaran tertentu untuk memata-matai  rencana Teuku Umar dan pasukannya, dari rencana Belanda tersebut akhirnya membawa hasil,  pada tanggal 11 Februari 1899 berhasil disergap oleh pihak Belanda dan Teuku Umar gugur di medan perang.

Hal tersebut tidak membuat Cut Nyak Dien patah semangat, Cut Nyak Dien terus memimpin perlawanan melawan Belanda , peperangan melawan Belanda terus dilalui oleh Cut Nyak Dien dengan  pasukanya sampai pada titik terakhir pada tahun 1901 karena pasukan Cut Nyak Dien terus berkurang dan Cut Nyak Dien pun sudah semakin tua dan matanya mulai rabun serta sulit memperoleh makanan karena mereka terus diburu oleh pasukan Belanda, walaupun demikian cut nyak dien tidak pernah mengenal kata menyerah.

Akhirnya Cut Nyak Dien ditangkap oleh Belanda di Beutong Lhee Sagoe, sebelum ditangkap oleh Belanda Cut Nyak Dien dan pasukannya juga sempat melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda, keberadaannya tersebut diketahui  oleh Belanda karena  anak buahnya bernama Pang Laot melaporkan markas meraka kepada pihak Belanda karena merasa iba dengan kondisi Cut Nyak Dien.
Putri Cut Nyak Dien yang bernama Cut Gambang berhasil melarikan diri dari gempuran pasukan Belanda. 

kemudian Cut Nyak Dien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat disana, setelah itu pihak Belanda membawa Cut Nyak Dien dan tahanan politik lainnya ke Sumedang,  Jawa Barat. Pihak Belanda menganggap keberadaannya di  Aceh sangat berbahaya  Karena Cut Nyak Dien terus mengobarkan semangat perjuangan kepada pejuang yang belum berhasil ditangkap untuk melawan penjajahan Belanda.

Cut Nyak Dien meninggal pada tanggal 6 November 1908,  karena usianya yang sudah sangat tua, pencarian makam Cut Nyak Dien berdasarkan data yang ditemukan di Belanda , makamnya berhasil ditemukan pada tahun  1959. Belanda mengingkari janji karena memisahkan Cut Nyak Dien dengan tanah dan rakyat Aceh, setelah wafat nya Cut Nyak Dien perjuangan terus berlanjut sampai Indonesia merdeka.


Sumber :
wikipedia.org
serbasejarah.wordpress.com


No comments :

Post a Comment