Kemajuan dibidang Pertanian tidak terlepas dari
perkembangan kehidupan manusia, manusia dan pertanian memang tidak bisa
dipisahkan, karna kebutuhan akan makanan telah membuat manusia terus-menerus
untuk bertani dan bercocok tanam serta harus memperoleh hasil dari pertanian
yang diupayakan.
Seiring perkembangan zaman, serta kemajuan peradaban
manusia juga telah ikut serta membawa pengaruh besar terhadap sektor pertanian,
bidang pertanian ini merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia karna
untuk bisa bertahan hidup perlu makanan yang harus terpenuhi setiap harinya,
oleh karena itu, bidang pertanian ini merupakan faktor penting untuk terus
di kembangkan untuk memenuhi kebutuhan
yang semakin komplek serta berkelanjutan.
Sejarah
Singkat Pertanian
Pertanian selalu mengiringi perkembangan manusia, kalau
kita menulusuri tentang sejarah pertanian dan pembudidayaan tumbuhan maka sama halnya dengan kita menulusuri
tentang sejarah manusia itu sendiri.
Namun hal yang tidak bisa dinafikan bahwa perkembangannya
yang panjang telah membuat bidang pertanian semakin maju dan modern dalam hal
pengolahan dan pembudidayaannya.
Berabagai tiori dan hipotesis-hipotesis telah mengemuka bagaimana mausia berpindah
dari kebiasaan berburu ke budaya bercocok tanam.
Fase- Fase Perkembangan Pertanian
Pertanian
Kuno (Purba) :
b. menanam
di lahan sempit secara sederhana
c. pertanian
ladang berpindah (shifting cultivation)
d. berpindah
tempat baru jika hasil tanaman sudah turun
e. kembali
ke tempat semula setelah 7-10 putaran
f. teknologi
masih sederhana
g. hasil
untuk keluarga (subsisten)
Pertanian Tradisional :
a. pertanian
dengan sistem menetap
b. pengolahan
tanah dengan tenaga manusia/hewan.
c. bibit
menggunakan jenis lokal.
d. pemupukan
dengan pupuk organik.
e. pengairan
sistem tadah hujan.
f. pengendalian
hama penyakit secara manual.
g. Umur
tanaman lama (± 6 bulan)
h. Bibit
lokal rentan serangan hama/penyakit
Pertanian Modern (Revolusi Hijau) :
b. bibit
unggul hasil persilangan buatan.
c. penggunaan
pupuk an organik (buatan pabrik)
d. tanah
sawah kekurangan bahan organik.
e. pencemaran
tanah, air dan udara.
f. pengairan
sistem irigasi.
g. pengendalian
hama/ penyakit secara rutin pakai pestisida buatan.
h. penggunaan
hormon tumbuh.
i. ledakan
hama sekunder.
j. polusi
pestisida ke tanah dan air
Pertanian Sehat (Sustainable
Agriculture):
a. menggunakan
prinsip-prinsip ekologis.
b. penurunan
penggunan pupuk buatan dan memberikan pupuk organik.
c. penggunaan
pestisida organik.
d. pengendalian
HPT secara terpadu (IPM)
Hipotesis
dan Teori
Hipotesis Oasis
Pada tahun 1908 Raphael Pumpelly mengemukakan Hipotesis
Oasis yang kemudian di populerkan oleh Vere Gordon Childe yang merangkum
Hipotesis tersebut ke dalam buku Man
Makes Himself. Hipotesis ini menyatakan bahwa ketika iklim menjadi lebih
kering, kelompok populasi manusia mengerucut ke oasis dan sumber air lainnya
bersama dengan hewan lainnya. Domestikasi hewan berlangsung bersamaan dengan
penanaman benih tanaman.
Hipotesis Lereng Berbukit (Hilly Flanks)
Pada tahun 1948 Robert Braidwood mengemukakan Hipotesis
Lereng Berbukit (hilly Flanks) yang
memperkirakan bahwa pertanian dimulai di Lereng Berbukit pengunungan Taurus dan
Zagros, yang berkembang dari aktivitas pengumpulan biji-bijian dikawasan
tersebut.
Hipotesis Perjamuan
Brian Hayden mengemukakan Hipotesis Perjamuan yang
memperkirakan bahwa pertanian digerakkan oleh keinginan untuk berkuasa dan
dibutuhkan sebuah perjamuan besar untuk menarik perhatian dan rasa hormat dari
komunitas. Hal ini membutuhkan sejumlah besar makanan.
Teori Demografik
Pada tahun 1952 Carl Sauer mengusulkan Teori Demografik,
kemudian diadaptasikan oleh Lewis Binford dan Kent Flannery. Mereka menjelaskan
bahwa peningkatan populasi akan semakin mendekati kapasitas penyediaan oleh
lingkungan sehingga akan membutuhkan makanan lebih banyak dari yang bisa
dikumpulkan. Berbagai faktor sosial dan ekonomi juga mendorong keinginan untuk
mendapatkan makanan lebih banyak.
Hipotesis
Evolusioner
David Rindos mengusulkan Hipotesis Evolusioner yang
mengatakan bahwa pertanian merupakan adaptasi evolusi bersama antara tumbuhan
dan manusia. Diawali dengan perlindungan terhadap spesies liar, manusia lalu
menginovasikan praktik budi daya berdasarkan lokasi sehingga domestikasi
terjadi.
Perkembangan
Pertanian
Para ahli prasejarah saat ini telah sepakat bahwa praktik
pertanian pertama kali berawal di daerah “bulan sabit yang subur” di
Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada
keadaan sekarang.
Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian
budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat
keanekaragaman tanaman budidaya (center
of origin).
Menurut Nikolai Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama
kali dibudidayakan di sini adalah:
a. Gandum,
jelai (barley)
b. Buncis
(pea)
c. Kacang
Arab (chickphea), dan
d. Flax
(Linum Usitatissimum).
Jenis
tumbuh-tumbuhan tersebut di tanam sesuai dengan iklim dan suhu daerah tersebut,
tidak mungkin suatu daerah bisa ditami semua tanaman.
Di daerah lain yang berjauahan lokasinya dikembangkan
jenis tanaman lain sesuai keadaan topografi dan Iklim, di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam
pengertian umum sebagai padanan millet)
mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang hijau, dan
kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum
dikembangkan di daerah Sahel, Afrika 5000
SM.
Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan
juga secara tersendiri di Afrika
Barat, Ethiopia,
dan Papua.
Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu
Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia,
dan hulu Amazon) secara terpisah mulai
membudidayakanjagung, labu, kentang,
dan bunga matahari.
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Indonesia,
cenderung mengembangkan masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan
peramuan karena relatif mudahnya memperoleh bahan pangan.
Migrasi masyarakat Austronesia yang
telah mengenal pertanian ke wilayah kepulauan Indonesia membawa serta teknologi
budi daya padi sawah serta perladangan.
Sumber:
scribd.com
Wikipedia.org