Sumber: ardiyansyah.com |
Peradaban Mesir kuno berada
dalam waktu yang sama dengan negara kota yang berada di Mesopotamia, dikenal
sebagai satu diantara peradaban tertua di dunia dan dikenal dengan
pengorganisasian negara dan paling maju dalam tatanan sosial dijamannya. Fakta
bahwa mereka telah menemukan tulisan/huruf pada milinium 3 SM dan
menggunakannnya, bahwa mereka juga memanfaatkan sungai Nil dan mereka terselamatkan
dari berbagai bahaya luar dalam kaitannya dengan setting alamiah negara
tersebut, nyata-nyata telah memberikan sumbangan yang besar terhadap bangsa
Mesir dalam peningkatan peradaban mereka.
Namun, masyarakat yang
"beradab" ini, pada masa berlakunya "pemerintahan Fir'aun
(Pharaoh)" menggunakan system kafir yang disebutkan secara jelas dalam Aal
qur'an dalam bahasa yang amat jelas dan lugas. Mereka bersifat congkak, angkuh
dengan kebanggaan diri, mengesampingkan dan mengutuk. Dan akhirnya baik peradaban
mereka yang maju, tatanan sosial politik bahkan dengan tentara yang kuat
sekalipun tidak bisa menyelamatkan ketika mereka dihancurkan.
Wewenang Sang Fir'aun (Pharaoh)
Peradaban bangsa
Mesir sangat mendasarkan pada kesuburan sungai Nil. Bangsa Mesir telah menetap
di lembah Nil dikarenakan melimpahnya air di sungai ini dan karena mereka bisa
mengolah tanah dengan persediaan air yang telah diberikan oleh sungai yang
tidak tergantung kepada musim hujan. Ahli sejarah Ernest H Gombrich mengaakan
dalam tulisannya bahwa Afrika sangatlah panas dan terkadang tidak pernah sama
sekali turun hujan selama berbulan-bulan. Inilah sebabnya mengapa banyak daerah
di benua yang besar ini sangat luar biasa keringnya. Bagian-bagian dari benua
ini tertutup oleh lautan pasir yang sangat luas. Di kedua sisi sungai Nil juga
tertutup oleh pasir dan di Mesir sendiripun jarang terjadi hujan. Namun di
negeri ini hujan tidaklah terlalu dibutuhkan karena sungai Nil yang mengalir
melintas ditengah-tengah seluruh negara .
Jadi siapapun yang nenguasai
sungai Nil yang sangtlah penting tersebut maka dialah yang bisa menguasai asset
terbesar perdagangan dan pertanian Mesir. Pharaoh bisa melangengkan dominasinya
atas Mesir dengan jalan ini.
Bentuk sungai Nil yang
sempit dan memanjang di Lembah Nil tidak memungkinkan unit-tunit kependudukan
yang berada disekitar sungai untuk terlalu mengembangkan wilayahnya. Itulah
sebabnya bangsa Mesir lebih memilih untuk membentuk sebuah peradaban yang
terdiri dari kota-kota kecil dan perkampungan daripada kota-kota besar. Faktor
inilah yang memperkuat dominasi Pharaoh atas masyarakatnya.
Raja Menes dikenal sebagai
pharaoh Mesir pertama yang menyatukan seluruh Mesir kuno untuk pertama kalinya
dalam sejarah dalam sebuah negara persatuan kurang lebih 3000 SM. Kenyaaan
bahwa istilah "Pharaoh " asal usulnya merujuk pada istana dimana raja
Mesir berada, namun pada saat itu menjadi gelar dari raja-raja Mesir. Inilah sebabnya
mengapa raja yang memerintah Mesir kuno mulai disebut " Pharaoh".
Sebagai pemilik, pengatur
dan penguasa dari seluruh negara dan wilayah-wilayahnya, maka Pharaoh diterima
sebagai pengejawantahan dari dewa yang terbesar dalam kepercayaan Mesir kuno yang
Politheistik dan menyimpang. Administrasi dari wilayah Mesir, pembagian mereka,
pendapatan mereka, singkatnya, seluruh pertanian, jasa dan produksi dalam
batas-batas wilayah negara dikelola dalam kekuasan Pharaoh.
Absolutisme dalam masa
kepemimpinannya telah melengkapi penguasaannya terhadap negara dengan kekuasaan
yang dapat melakukan semua hal sesuai dengan keinginannnya. Tepat pada dinasti
pertama kekuasaannya Menes yang menjadi raja Mesir yang berhasil menyatukan
Hulu dan Hilir Mesir, Sungai Nil diserahkan kepada publik dengan menggunakan
saluan-saluran air. Disamping itu seluruh produksi berada dibawah penguasaan
dan seluruh produksi barang dan jasa diberikan untuk kepentingan sang raja.
Rajalah yang mendistribusikan dan membagi barang dan jasa dalam proporsi yang
diinginkan oleh rakyat. Hal ini tidaklah sulit bagi raja yang telah memiliki
suatu kekuasaan di daeah tersebut untuk menempatkan rakyat dalam kepatuhan Raja
Mesir atau yang nantinya bernama Pharaoh dan dia mengaku dirinya sebagai
Makhluk suci yang memegang kekuasan yang besar dan mencakupi semua kebutuhan
rakyatnya dan ia mengubah dirinya menjadi tuhan. Para Pharaoh benar-benar
percaya bahwa diri mereka adalah tuhan.
Kata-kata Pharaoh (Fir'aun) disebutkan dalam al Qur'an
yang digunakan dalam percakapannya dengan Musa, hal ini membuktikan bahwa
mereka percaya atas ketuhanan Pharaoh. Ia mencoba mengancam Musa dengan
mengatakan ;" Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar
aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". ( QS
Asy-Syu'ara 29), dan berkata Fir-aun kepada orang-orang di sekelilingnya
;" Hai Pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain
aku". (QS Al Qashas 38).
Ia mengatakan ini semua
karena menganggap dirinya adalah tuhan.
Kepercayaan religius bangsa
Mesir kebanyakan berdasarkan kepada pengabdian terhadap tuhan-tuhan mereka. “perantara”
antara tuhan-tuhan ini dengan manusia adalah para pendeta yang merupakan bagian
dari pemuka masyarakat.
Karena berurusan dengan ilmu
magis dan sihir, para pendeta menjadi kelas penting yang digunakan oleh paraFir’un untuk menjaga kepatuhan rakyatnya.
Kepercayaan Agama
Menurut Herodotus seorang
ahli sejarah, Mesir kuno adalah umat yang paling beriman di dunia. Namun agama
mereka bukanlah agama yang sejati, namun merupakan sebuah bentuk politheisme
yang sesat. Dan mereka tidak bisa meningalkan agama sesat mereka karena mereka
orang-orang yang sangat kolot (konservatif).
Bangsa Mesir kuno sangatlah
dipengaruhi oleh lingkungan alam dimana mereka hidup. Keadaan alam Mesir menjaga
negara tersebut terhadap serangan dari luar secara sempurna. Mesir dikelilingi
oleh gurun pasir, pegunungan dan lautan disemua sisi. Serangan mungkin
dilakukan terhadap negara tersebut hanya dengan kemungkinan dua jalan, namun
mereka dapat dengan mudah mempertahankan diri. Bangsa Mesir menjadi terisolasi
dari dunia luar berkat faktor-faktor alam ini. Namun dengan sifat fanatik yang
berlebihan sehingga bangsa Mesir memperoeh cara berpikir yang membelenggu
mereka terhdap perkembangan dan hal-hal yang baru dan mereka sangatlah kolot
terhadap agama mereka. Agama nenek moyang mereka yang disebutkan berkali-kali
dalam Al Qur'an menjadi nilai yang paling penting bagi mereka.
Inilah sebabnya Fir'aun dan
lingkungan dekatnya mengingkari Musa dan Harun ketika mengumumkan Agama Sejati
dengan mengatakan ;
Mereka berkata; "Apakah
kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek
moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka
bumi?, kami tidak akan mempercayai kamu berdua".(QS. Yunus: 78)
Agama/kepecayaan dari bangsa
Mesir kuno dibagi ke dalam cabang-cabang, yang paling utama menjadi agama resmi
negara adalah kepercayaan terhadap orang-orang dan adanya kehidupan setelah
kematian.
Menurut agama resmi negara,
Fir'aun (Pharaoh) adalah mahkluk suci, dia adalah pengejawantahan dari
tuhan-tuhan mereka di muka bumi dan tujuannya adalah untuk menyelenggarakan
keadilan dan melindungi mereka di dunia.
Kepercayaan yang berkembang
luas dikalangan masyarakat sangatlah rumit dan unsur-unsur yang berbenturan
dengan kepercayaan resmi negara ditekan oleh pemerintahan Fir'aun. Pada
dasarnya mereka percaya kepada banyak tuhan dan tuhan ini biasanya digambarkan
memiliki kepala binatang dengan tubuh manusia.
Kepercayaan bangsa Mesir
terhadap kehidupan di hari kemudian jelas-jelas menunjuukan paralelisme
(kesamaan padangan) dengan kepercayaan monotheistik dan agama sejati (yang
benar). Dan perintah-perintah suci telah mencapai peradaban Mesir kuno, namun
agama ini kemudian diselewengkan dari monotheisme berubah menjadi Pholytheisme.
Seperti telah diketahui bahwa para pemberi peringatan menyerukan orang-orang
untuk meng-Esakan Allah dan memerintahkan mereka untuk menjadi hamba-Nya,
diutus di Mesir dari masa ke masa sebagaimana mererka diutus untuk seluruh penduduk
dunia pada satu waktu atau waktu yang lain. Salah satunya adalah Nabi Yusuf
yang kehidupannya secara terperinci diceritakan dalam Al Qur'an. Sejarah Nabi
Yusuf adalah sangat penting karena terdapat kehadiran anak-anak Israel di Mesir
dan bagaimana mereka menatap disana.
Sebaliknya dalam sejarah
terdapat keterangan yang menyatakan bahwa banyak orang Mesir yang menyerukan
orang-orang terhadap kepercayaan -kepercayaan Monotheistik bahkan sebelum nabi
Musa sekalipun, salah satu dari mereka adalah Pharaoh(Fir'aun) yang paling
penting dalam sejarah Mesir, dia adalah Amenhotep IV.
Fir'aun Amenhotep IV Yang Monotheistik
Fir'aun-fir'aun Mesir pada
umumnya bersifat brutal, menindas, suka berperang dan orang-orang yang bengis.
Secara umum menereka mengadopsi agama politheisme Mesir dan mendewa-dewakan
diri mereka sendiri melalui agama ini.
Namun terdapat seorang
Fir'aun dalam sejarah Mesir yang sangat-sangat berbeda dengan yang lainnya.
Fir'aun ini mempertahankan kepercayan terhadap sang pencipta Yang Tunggal dan karenanya
ia mendapakan perlawanan yang sangat kuat dari para pendeta Amon, yang mereka
itu mendapatkan keuntungan dari agama politheisme dan dengan beberapa prajurit
yang membantu mereka, sehingga akhirnya Fir'aun itu terbunuh. Fir'aun ini
adalah Amenhotep IV yang mulai berkuasa di abad XIV SM.
Ketika Fir'aun Amenhotep IV
dinobatkan sebagai raja pada 1375 SM, ia menjumpai kekolotan (konservatisme)
dan tradisionalisme yang telah berlangsung selama berabad-abad, sehingga
susunan masyarakat dalam hubungannya dengan istana kerajaan terus berlanjut
tanpa adanya perubahan. Masyarakat menutup pintu rapat-rapat terhadap peristiwa
dari luar dan kemajuan agama. Konservatisme yang sangat keras ini juga
dikatakan oleh para pengembara Yunani kuno sebagai diakibatkan oleh kondisi
geografis alam Mesir seperti disebutkan diatas.
Sesuai dengan ketentuan
Fir'aun, agama resmi menuntut kepercayaan yang tidak terbatas dalam segala hal
yang lama dan tradisional. Namun Amenhotep IV tidak menyetujui agama resmi
tersebut. Ahli sejarah Ernst Gombrich menulis :
Amenhotep IV
melakukan banyak perubahan terhadap banyak kebiasaan yang disucikan oleh
tradisi tua dan tidak ingin untuk melakukan penyembahan terhadap tuhan yang
berbentuk dalam berbagai simbol yang aneh dari kaumnya. Baginya hanya satu
Tuhan yang perkasa yaitu Aton, yang disembahnya dan yang diejawantahkannya
dalam bentuk matahari Ia menyebut dirinya setelah tuhannya, sebagai Akhenaton,
dan ia memindahkan istananya menjauh dari jangkauan para pendeta dari
tuhan-tuhan yang lain ke suatu tempat yang sekarang disebut dengan El-Amarna .
Setelah kematian ayahnya,
Amenhotep IV muda mendapatkan tekanan yang hebat. Tekanan ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa ia membangun sebuah agama yang berdasarkan paham monotheisme
dengan mengubah agama tradisional politheisme Mesir dan memcoba untuk melakukan
perubahan-perubabahan yang radikal dalam berbagai bidang. Namun para pemimpin
Thebes tidak memperbolehkannya untuk menyampaikan pesan dari agama ini.
Amenhotep IV dan orang-orangnya kemudian berpindah dari kota Thebes dan
bermukim di Tell-El-Amarna. Disini mereka membangun sebuah kota baru yang
modern yang dinamakan "Akh-et-aton". Amenhotep IV mengubah namanya
yang berarti "kesenangan/kesayangan dari sang Amon" menjadi
Akh-en-aton yang berarti "Tunduk kepada sang Aton". Amon adalah nama
yang diberikan untuk patung (totem) yang terbesar dalam kepercayaan politheisme
bangsa Mesir. Menururt Amenhotep IV, Aton adalah "pencipta dari surga dan
dunia", penyamaan nama sebutannya untuk Allah.
Merasa terganggu dengan
perkembangan ini, maka para pendeta Amon ingin merenggut kekuatan Akhenaton
dengan menciptakan krisis ekonomu di negaranya. Akhenaton akhirnya terbunuh
dengan cara diracun oleh para komplotan yang ingnin menghancurkannya. Para
Fir'aun berikutnya merasa khawatir dan merekapun tenggelam dalam pelukan
pengaruh para pendeta tersebut.
Setelah Akhenaton,
muncullah Fir'aun yang berkuasa dengan kekuatan militer. Hal ini sekali lagi
mengakibatkan tradisi lama politheisme menjadi berkembang luas dan adanya usaha
untuk kembali ke masa lalu. Beberapa abad kemudian, Ramses II yang berkuasa
paling lama dalam sejarah Mesir diangkat menjadi raja. Menurut banyak ahli
sejarah, Ramses II adalah Fir'aun yang menyiksa Bani Israel dan berperang
terhadap Nabi Musa .
Sumber : bangsamusnah.com
No comments :
Post a Comment